Postingan

Menampilkan postingan dari 2008

Sang Penyuka Cola dari Tanjong Bungong

MATANYA menatap nanar. Sesekali ia melihat ke arah jendela pesawat. Di kabin pesawat, ia menempati seat (kursi) 1A. Di sebelahnya, duduk seorang pria setengah baya. Suara mesin pesawat yang membawa mereka terus menderu. Burung besi itu membelah awan di tengah cuaca cerah. Di atas ketinggian ribuan kaki, pesawat Firefly ATR 72-500 buatan Perancis itu mulai melintasi hamparan laut luas. Sekali lagi ia memalingkan wajahnya ke jendela pesawat. "Peu katrok u Aceh. (Apa sudah sampai di Aceh?)" ia bertanya kepada Malik Mahmud, pria yang duduk di sebelahnya. Lelaki yang bertanya itu adalah Dr Tgk Hasan Mumammad Ditiro, satu dari penumpang pesawat Firefly yang sedang dalam pernerbangan menuju Aceh. Tiro melemparkan pertanyaan itu kepada Malik Mahmud, ketika pesawat yang mereka tumpangi melintasi Selat Malaka. Dalam likur sejarah Aceh, Selat Malaka dikenal sebagai kawasan perairan yang sangat strategis. Ini karena, lokasi pelabuhan (bandar) Kerajaan Aceh dulunya tidak jauh dari Selat M

Mereka Bertemu di Ujung Penantian

PERAWAKANNYA kecil, berkulit hitam, dan terlihat masih energik di usianya yang mencapai 59 tahun. Sore itu, Abdul Gani Ahmad, nama lelaki itu, datang dengan wajah berbinar. Mengenakan kemeja putih, jas coklat, celana kain hitam, dan bersandal jepit kulit, ia berada di antara sejumlah orang penting di Pendapa Bupati Pidie. Tepat di depannya seorang lelaki yang kelihatan lebih tua darinya duduk dengan mulut mengunyah sesuatu. Dia adalah Dr Tgk Hasan Muhammad Ditiro yang sedang begitu menikmati sirih. Hasan Tiro, lelaki yang duduk persis di sebuah pelaminan khas Aceh itu baru saja di-peusijuek oleh Khadi Wilayah Pidie, Muhmmad Husein, dan sejumlah tetua adat lainnya. Di depannya tampak Malik Mahmud, dr Zaini Abdullah, dan sejumlah orang dekat Hasan Tiro. Namun, Abdul Gani memilih berdiri di sisi kanan sang Deklarator GAM itu. Jaraknya kira-kira delapan meter. Selain Abdul Gani, juga ada dua lelaki lainnya yang juga berdiri di sebalahnya, yaitu Harun Puteh dan Ishak Mahmud. Harun kira-kira

Ketika Perundingan Nyaris Deadlock

Jumat, pukul 05.00 sore waktu Helsinki, Finlandia. Shadia Marhaban duduk terpekur. Di sampingnya, ada tiga lelaki. Munawar Liza Zainal, Teuku Hadi, dan seorang warga asing yang menjadi penasihat bagi negosiator GAM, Damien Kingsbury. Raut wajah mereka cemas. Sementara, udara di luar gedung Koningsted, tempat Crisis Management Inisiative (CMI) --lembaga yang memediasi perundingan RI-GAM di Helsinki-- berkantor, terasa begitu panas. Tapi Shadia dan tiga rekannya tetap berada dalam kamar. Di sudut kamar itu, beberapa kali Munawar Liza tampak sibuk berbicara dengan seseorang di ujung telepon. Tak tahu entah apa yang dibicarakan. Beberapa komputer di kamar itu juga masih menyala. Praktis, tak banyak yang bisa mereka lakukan saat itu, selain hanya menunggu diliputi perasaan gundah. Tak berapa lama, kamar yang mereka tempati didatangi lima pria. Mereka adalah Malik Mahmud, Zaini Abdullah, Bakhtiar Abdullah, Muhammad Nur Djuli, dan Nurdin Abdul Rahman. "Perundingan sudah selesai," ka

Hasan Tiro Muda yang Nasionalis

TIDAK seperti biasanya, dua hari belakangan ini rumah itu terlihat ramai. Di sebelah kirinya terlihat sebuah layar terpal dengan sejumlah kursi. Ada pula sajian nasi, gulai daging, dan sejumlah menu lainnya. Sejumlah wanita paruh baya dan lelaki tua tampak duduk di sebuah bangku panjang yang terbuat dari papan. Tak jauh dari situ mengalir sebuah sungai yang di atasnya terdapat jembatan gantung. "Di sinilah dulu Hasan Tiro bermain waktu kecil," kata Sayed Manysur. Lelaki 62 tahun itu adalah salah satu eks pejuang GAM pada era Hasan Tiro memimpin pemberontakan di Aceh usai mendeklarasikan Aceh Merdeka di Gunung Tjokkan (Halimon), 4 Desember 1976. Mansyur tidak sendiri. Rabu (15/10) lalu, ia bersama beberapa karib seusianya berkumpul di rumah Pocut Aisyah, adik Hasan Tiro berlainan ibu. Rumah itu, tempat Hasan Tiro dibesarkan, terletak di Tanjong Bungong, Kecamatan Sakti, Pidie. "Hari ini kami mendengar dia pulang ke kampung. Jadi kami ingin melihat. Sudah lama sekali tidak

Di Ujung Senja

Meretas jalan di ujung senja/waktu yang mengiris pilu/sampai di titik jenuh/terpekur/terpukul/di sudut lorong/di tengah kesunyian/di antara puing-piung masa/kita rebah/meninggalkan jejak/jauh tak bertepi/tak juga berakhir Banda Aceh, 6 Desember ' 08

Esok

Hening/Antara malam yang kelam dan mentari di siang tadi/Menandai akhir perjalanan di malam yang mulai lerai/Nyiur lembut menggigilkan alam/ Pertanda esok hari akan kembali

Di Ujung Sunyi

Tak lagi ramah seperti sungai tak lagi mengalirkan airnya di ujung lorong sunyi kita berdekap antara rasa dan luka yang tak kan pernah berakhir Banda Aceh, 20 November 2008

Di Ujung Sunyi

Antara luka dan kepedihan antara hati yang menjelma tak lagi ramah seperti sungai tak lagi mengalirkan airnya di ujung sunyi kita berdekap antara ada dan tiada Banda Aceh, 20 November 2008

DI Bawah Mercuri

Di Bawah Mercuri Menanti jauh sebelum matahari memerah sebelum cahayanya menghujam, menusuk dalam membakar panasnya di lembut rasa siapakah mampu bertahan di lorong yang kaku itu hembusan bayu yang mulai merintih sepi meninggalkan rintik hujan membalut pekatnya malam di bawah temaramnya mercuri kita terkapar; entah siapa yang memulai Banda Aceh, 20 November 2008

SAMPAI KAPAN

Lorong sempit/tiada berujung/menderas di akhir penantian/tak seperti hari kemarin/senyum itu masih tersungging/dari bibir beraroma anggur/lantas menikam/nyeri di liang hati/sampai kapan?/di antara kecemasan/kita masih meratap di bawah cahaya lazuardi/menghitung luka dan penyesalan Banda Aceh, 10 November 2008

Cerita di Balik Panggung Audisi KDI 5 di Aceh

Ingin Mengubah Nasib Setelah Dua Kali Gagal di Medan Tampil meyakinkan menjadi keharusan. Namun tidak sedikit para kontestan justru mengaku tidak percaya diri saat diuji juri. Ada pula peserta yang khawatir lupa dengan teks lagu pilihan mereka sendiri. Bagaimana itu bisa terjadi? ANSARI HASYIM, Banda Aceh SEJAK kecil lelaki itu sudah bercita-cita menjadi penyanyi dangdut. Impian itu pula yang telah membawanya keluar masuk arena KDI III dan IV yang digelar di Medan. "Saat itu saya gagal dan sekarang saya mau coba lagi. Mungkin nasib bisa berubah," katanya penuh harap. Jasmuni, 25, terlahir dari keluarga kurang mampu di sebuah desa di Aceh Selatan. Ia hanya mampu mengenyam pendidikan SMU Paket C. Sejak kecil lelaki yang kerap di sapa Jas ini sudah hobi menyanyi dan akrab dengan kehidupan musik dangdut. Di desa kelahirannya, Jas juga sempat menjadi penyanyi panggung hiburan dengan iringan musik organ tunggal (keyboard). Suatu kali ia pernah meraih juara tiga (2004) dalam festiva

Sosok Mahdi Abdullah, Pelukis Aceh yang Karyanya Tersimpan di Belanda

Mengagumi Perempuan Selalu Ingin Berada di Antara Orang Kecil Sosok Mahdi Abdullah bukan hanya dikenal sebagai pelukis. Tapi juga seorang seniman yang dekat dengan kehidupan orang-orang kecil. Melalui kehidupan mereka ia menyampaikan kegelisahan batinnya. Ansari Hasyim- Banda Aceh LIMA perempuan bertubuh sintal berbalut busana daun pisang berjalan menyusuri taman. Satu di antara sosok perempuan itu memakai topeng dengan rona wajah menantang. Sekilas, busana daun pisang berwarna cokelat dan hijau itu kelihatan amat tipis. Kesan vulgar dan nuansa erotisme begitu terasa. Itulah salah satu dari 13 karya perupa Mahdi Abdullah yang dipamerkan di Galeri Episentrum-Uleekareng, Sabtu malam. Dibuat menggunakan cat minyak di atas kanvas berukuran 114x146,5 cm menjadikan lukisan itu pusat perhatian pengunjung. Mahdi tidak memberi definisi detail tentang lukisan berjudul Taman Sari (Pleasure Park) itu. "Ide itu muncul sebagai manifestasi dari lingkungan dan realitas kehidupa

Kisah Petani Lamteuba, dari Ganja ke Palawija

Ingin Menghampus Imej Buruk, Lelah Kucing-Kucingan dengan Aparat Lamteuba identik dengan daerah penghasil ganja. Polisi kerap menyisir wilayah bergunung itu dalam setiap operasi pemberantasan narkoba. Tapi kini anggapan itu perlahan mulai sirna. Warga yang dulu menanam ganja, kini telah beralih menjadi petani palawija. Bagaimana itu bisa terjadi? ANSARI HASYIM, Lamteuba PAKET daun ganja itu semestinya harus dia loloskan ke luar Aceh. Namun naas, aksi Abdul Wahab keburu tercium aparat. Mobil yang ditumpangi lelaki berusia 30 tahun itu terjebak razia di kawasan Simpang Surabaya, Banda Aceh. Dalam bagasi mobil itu, polisi menemukan dua ton daun ganja kering. Wahab kaget bukan kepalang. Ayah dua anak itu pun ditangkap. Lelaki itu dituduh menyelundupkan ganja ke luar Aceh. “Saya sempat dihukum 4, 5 tahun penjara. Padahal saya hanya di suruh sama orang,” ujar Wahab. Peristiwa itu terjadi pada 2001 silam. Namun pengalaman pahit itu hingga kini masih membekas di pikiran lelaki asal Lamteuba,

Kisah Anak Pengidap Gizi Buruk

Kulit Terkelupas, Setiap Dua Jam Sekali Diberi Susu ANSARI - BANDA ACEH Matanya sesekali berkedip dan diiringi tangisan ketika seorang perawat memasukan cairan susu itu ke dalam lambungnya. Susu itu dialiri lewat tabung suntikan yang dihubungkan melalui selang yang terpasang di hidung balita itu. Kebiasaan itu sudah berlangsung sejak tujuh hari lalu saat anak keluarga miskin itu dirawat di ruang kesehatan anak Rumah Sakit Zainal Abidin, Banda Aceh. Andra hingga kemarin belum bisa menerima makan secara normal. Setiap hari dia harus disonde atau menggunakan bantuan selang dari hidung agar asupan susu dapat masuk ke dalam tubuhnya. Saat wartawan koran ini datang tidak hanya Andra yang tergeletak lemah di atas bangsal di kamar Mikkey ruang perawatan anak RSUZA. Ada empat bocah lainnya yang juga nasibnya nyaris sama dengan apa yang dialami bocah itu. Mereka adalah anak-anak pengidap gizi buruk. "Kami sudah di sini sejak tujuh hari lalu," kata Suryati (38), ibu sang bocah itu. Diba

Melihat Antusiasme Peminat Novel Laskar Pelangi di Aceh

Ada yang Menangis Setelah Membaca, Ada yang Berminat Kawin dengan si Penulis Siapa menyangka bila novel Laskar Pelangi ternyata tidak hanya booming di pulau Jawa. Di Aceh, novel yang diangkat dari kisah nyata seorang penulis itu juga diburu anak muda di Aceh. Seperti apakah kedekatan cerita dalam novel itu di mata mereka ? ANSARI- BANDA ACEH SABtu lalu adalah hari istimewa bagi Andrea Hirata. Lelaki berpotongan rambut gimbal itu duduk membelakangi sebuah baliho besar bertuliskan Laskar Pelangi. Di depannya, mata seribuan orang menatap kepada Andrea yang saat itu tampak bersemangat berbicara. "Saya menulis buku ini dengan semangat memparodikan tragedi, marah tanpa memaki-maki," katanya. Siapa tak kenal dengan lelaki kelahiran Pulau Belitong ini. Ia dikenal luas sejak buku Laskar Pelangi meledak di pasaran. Andrea, sang penulis buku itu, kemarin hadir dalam forum bedah buku yang digelar di gedung AAC Dayan Dawood. Ia berbagi cerita dan pengalamannya dibalik kesuksesannya menuli

Melihat Ritual Perayaan Imlek di Aceh

Tanpa Atraksi Barongsai, Berharap Damai Tetap Bersemi Imlek bagi warga Cina adalah momen paling sakral. Ada banyak harapan yang mereka gantungkan pada tahun baru itu. Apa saja harapan warga Cina di Aceh dan seperti apa prosesi Imlek di Bumi Serambi Mekkah itu? ANSARI –Banda Aceh LELAKi itu membakar satu persatu lilin warna merah. Setelah menyala, lilin-lilin itu di tancapkan di atas sebuah altar. Seekor patung naga berdiri tegak di sampingnya. "Merah berarti melambangkan kemakmuran dan suka cita," kata Hasan, 33, seorang jemaat di Vihara Dharma Bhakti Peunayong. Kamis kemarin adalah hari istimewa bagi lelaki itu. Bersama empat ribu warga Tionghoa di Banda Aceh, ia merayakan Tahun Baru Imlek 2559. Seperti jemaat lainnya, lelaki berkulit putih bersih itu tampak berdoa di hadapan para Dewa. Sebagai perantara Hasan membakar hio (dupa), menyalakan lilin merah dan membakar kertas doa bergambar uang. "Itu simbol agar kita mendapat rezeki lebih mudah. Semoga rezeki tahun ini b

Suasana Kompleks PT SAI Setelah Kembali Beroperasi

Siagakan Barracuda, Pulang Pergi Dikawal Petugas Setelah terjadi serangkaian aksi demonstrasi warga Lhok Nga dan Leupung, aktivitas produksi PT Semen Andalas Indonesia (SAI) berhenti total. Namun sejak dua hari terakhir ini pabrik semen satu-satunya di Aceh itu kembali menggeliat. Seperti apa suasananya? ANSARI- ACEH BESAR Deru suara mesin dari luar kompleks PT Semen Andalas Indonesia (SAI) terdengar jelas dari radius 300 meter. Ini menandakan aktivitas produksi semen di pabrik itu tengah berlangsung. Rabu kemarin, merupakan hari kedua kegiatan produksi pabrik yang terletak di Lhoknga, Aceh Besar itu beroperasi kembali setelah beberapa pekan lalu lumpuh total karena aksi demo warga Lhoknga dan Leupung. Tak jauh dari pabrik, tampak antrian puluhan truk berbagai ukuran parkir di sekitar kawasan kompleks. Umumnya, truk-truk tersebut berasal dari perusahaan distributor dari beberapa wilayah di Aceh yang tengah menunggu jatah semen dari pabrik. "Sejak subuh kami sudah ada di sini. Tapi

Konser Tompi Buat Ribuan Penonton Memukau

PENAMpilan penyanyi jazz Tompi dalam konser Jazz in the City di Gedung Aceh Activity Center (AAC) Unsyiah Sabtu sore (8/12) membuat penonton terpukau. Para penonton dibuat larut dalam hentakan lagu dan musik yang dibawakan penyanyi asal Lhokseumawe yang sudah malang melintang di belantika musik Indonesia itu. Sore itu Tompi tampil dengan mengenakan kemeja putih dibalut jas dan celana warna silver dipadu dengan topi bundar dan dasi merah putih langsung membuat histeris penonton. Ia mengawali aksi panggungnya dengan cara bernyanyi khas Aceh dan cengkok-cengkoknya dengan karakter suara tinggi melengking. Tak pelak, sekitar lima ribu lebih penonton larut bersama Tompi yang sore itu tampil dengan enam personil pengiring dan seorang backing vokal. "Hallo apa kabar Banda Aceh. Senang bisa berjumpa di sini," sapa Tompi. Tak lama kemudian hentakan musik kembali melingking. Ia pun melakukan goyangan badannya kecil-kecil dengan gerakan yang patah-patah. Gerakan yang simpel ini membuat e

KIsah Mantan GAM yang Bebas Setelah Damai

Ada Yang Pasrah sambil Tunggu Instruksi Puluhan mantan anggota GAM (Gerakan Aceh Merdeka) yang ditahan bertahun-tahun di Lapas (Lembaga Pemasyarakatan) Tanjung Gusta, Medan, kemarin dibebaskan setelah mendapat amnesti pemerintah. Kebanyakan mereka masih bingung, apa yang akan dilakukan sesudah bebas. ANSARI HASYIM, Banda Aceh Zulkifli tidak mampu menahan haru. Pria 43 tahun itu mendekap erat istri dan dua anaknya yang masih kecil. Ini kali pertama Zulkifli bertemu anak-anaknya sejak dijebloskan ke Lapas Tanjung Gusta, Medan, tiga tahun lalu karena memiliki senjata api dan bahan peledak. Dia divonis 10 tahun penjara.Sejak saat itu dia tak pernah bertemu lagi dengan istrinya, Nurbaiti, dan dua anaknya, Fahrurazi, 6, dan Mukhsalmina, 10. Namun, masa hukuman itu tidak sepenuhnya dijalani. Terhitung sejak kemarin, pria asal Idi Rayeuk, Aceh Timur, ini dibebaskan. Pemerintah memberinya amnesti (pengampunan) bersama 29 tahanan GAM lain.Zulkifli bersama puluhan tahanan GAM yang dibebaskan ters