Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2013

Cerita Miris di Balik Tes Baca Quran

Gambar
JARUM jam menunjukkan pukul 09.00 WIB. Matahari pagi baru saja beranjak naik. Namun, aula di Kompleks Asrama Haji Banda Aceh sudah ramai didatangi lelaki dan wanita paruh baya. Mereka menempati barisan kursi di dalam gedung di Jalan Teuku Nyak Arief, Banda Aceh itu. Hampir semua mereka berpakaian rapi. "Ada perasaan deg-degan juga. Soalnya sudah lama tak latihan lagi," kata seorang lelaki di ruangan itu. Wajahnya tampak sedikit tegang. Ia kenakan peci hitam, kemeja putih dipadu celana kain krem. Dari sorot matanya lelaki berkulit bersih berusia sekitar 45 tahun ini tampak gelisah. Tangannya memegang sebuah Alquran dalam kondisi terbuka. "Sudah baca-baca juga di rumah. Tapi masih ada sedikit yang mengganjal," katanya saat menungggu dipanggil tim penilai. Lelaki dengan postur tubuh sekitar 170 cm ini adalah salah satu calon wakil rakyat yang tengah berjuang ikut tes baca Quran yang dilaksanakan Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh sejak 27-29 April lalu. &quo

Gigihnya Para Pemburu Darah

TAK banyak yang dapat dia lakukan selain duduk menunggu. Wajahnya terlihat lelah, tatapannya kosong. Ia galau dan harap-harap cemas menanti sekantong darah untuk anaknya. Susianti, ibu muda dengan dua anak ini, sudah menghabiskan waktu berjam-jam di ruang Unit Transfusi Darah Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Banda Aceh di kawasan Lampineung. “Sejak pagi saya sudah di sini. Tapi belum dapat juga. Katanya disuruh tunggu, ada donor yang akan datang,” kata wanita berkulit kuning langsat ini. Nada bicaranya tak bersemangat. Pikirannya tak tenang. Antara cemas dan gelisah. “Saya teringat anak. Tadi sudah saya jenguk sebentar. Tapi sekarang sudah harus balik lagi ke sini,” ujarnya. Susianti (30), wanita asal Lamlo, Pidie, adalah ibu dari M Agus Saputra (10). Ia satu satu ibu dari 170 anak penderita talasemia yang rutin transfusi daerah di Pusat Talasemia Center Rumah Sakit Umum dr Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh. Talasemia adalah penyakit kelainan darah turunan yang ditandai oleh adany

Ketika Mereka Harus Pamit

RUANGAN itu tampak berserakan. Sejumlah kliping koran terletak tak beraturan. Di sebuah sudut kiri, juga tampak lima box plastik berisi buku. Bila jumlahkan mencapai ratusan eks. Buku-buku itu, semula tersimpan rapi dalam lemari. Tapi kemarin, semuanya sudah dibongkar. Tidak hanya buku, beberapa foto berbingkai juga sudah berpindah posisi. "Ini foto terakhir. Mau dibawa pulang besok," kata lelaki di ruangan itu. Wajahnya tampak sedikit lelah, namun masih tetap tersenyum kepada wartawan yang datang menyambanginya, Rabu (22/5). Lelaki itu adalah Ilham Saputra. Saat ditemui wartawan, wakil ketua KIP Aceh ini sedang mempacking (mengemas-red) barang pribadi di ruang kerjanya. Ada foto, kliping berita koran, buku, aksesoris, beberapa piagam dan lainnya. "Besok sudah tidak ada lagi di sini. Sekarang lagi beres-beres," katanya sambil mencopot satu foto berbingkai berisikan gambar tujuh komisioner KIP Aceh. Foto itu tampaknya paling berkesan bagi Ilham. Ia hendak mambawan

Ribuan Anak Drop Out Kembali Bersekolah

Hawa sejuk wilayah pegunungan segera menyambut rombongan studi banding Dinas Pendidikan (Disdik) Aceh sesaat bus berhenti di sebuah lokasi wisata Rawamangun, Polman, Sulawesi Barat (Sulbar). Langit yang sejak tadi tampak mendung mulai pecah, menjatuhkan rintik hujan tipis. Ada rasa dingin yang datang tiba-tiba membuat lokasi wisata dengan berbagai jenis tanaman anggrek ini begitu adem. Di lokasi ini, Yohanis Piterson bersama para relawan SIPBM kerap melakukan pertemuan. Ada dua unit balai beratap rumbia yang dijadikan tempat diskusi dan sering dipakai sebagai ‘markas’ para relawan pendata dan fasilitator Program SIPBM. Pertemuan di Balai Rawamangun semakin terasa lebih santai karena tim dijamu dengan berbagai makanan. Salah satuanya durian khas Polman. “Buahnya kecil-kecil, masih besar durian kita di Lhoong, Aceh Besar,” celetuk Kamaruzzaman, staf Disdik Aceh yang ikut dalam rombongan. Meski kecil tapi hampir semua durian yang dihidangkan ludes. Ada juga rambutan, gorengan, dan ko

Ribuan Anak Drop Out Kembali Bersekolah

PENGANTAR: Pemkab Polewali Mandar di Sulawesi Barat, sukses menggiring ribuan anak yang drop out dari sekolah untuk kembali bersekolah, setelah nama mereka terjaring dalam pendataan Program Sistem Informasi Pendidikan Berbasis Masyarakat (SIPBM) 2012. Kadis Pendidikan Aceh ingin belajar langsung dari kisah sukses Pemkab Polewali Mandar ini untuk diterapkan di Aceh kelak. Studi banding dilakukan 14-18 Januari lalu. Wartawan Serambi, Anshari yang ikut dalam studi banding itu, menuliskan reportasenya untuk Anda mulai hari ini dan besok. SUASANA SMP Negeri 1 Campalagian pagi itu berbeda dari biasanya. Sekolah yang berdiri sejak tahun 1969 itu terlihat ramai. Terletak di Jalan Poros Majene, Desa Bonde, Kecamatan Campalagian, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat (Polman Sulbar), sekolah ini memiliki 700 siswa dengan 22 ruang. Pagi itu SMPN 1 Campalagian menjadi salah satu tempat yang dikunjungi tim studi banding dari Dinas Pendidikan (Disdik) Aceh yang diketuai Drs Anas M Adam MPd.

"Ini Aceh Pak, Banyak Masalahnya"

SIANG kemarin sekitar pukul 14.30 WIB, hawa dingin ruang utama Pendapa Gubernur Aceh, begitu menusuk. Embusan air conditioner (AC) di beberapa sudut ruangan 'membekukan' kulit. Seorang pria merebahkan bahunya di atas sofa empuk, sambil menarik napas panjang. "Inilah Aceh. Banyak masalahnya, Pak," kata pria itu kepada seorang lelaki di samping kanannya. Pria itu adalah dr Zaini Abdullah. Ia berbicara kepada lelaki di sampingnya, Sujatmiko, Duta Besar RI untuk Sudan. Kemarin, Sujatmiko menemui Zaini selaku Gubernur Aceh. Mereka berdua bertemu di pendapa. Sejumlah pejabat dan kepala dinas ikut hadir. Kedatangan Sujatmiko menemui orang nomor satu di Aceh itu semula lebih untuk bersilaturahmi. Ia ingin mempromosikan Aceh ke Sudan, negara berpenduduk 42 juta jiwa itu. "Kalau Aceh sering disebut Serambi Mekkah. Tapi kalau di Sudan Serambi Mekkah-nya adalah Afrika," kata Sujatmiko. Gubernur tersenyum mendengar itu. "Iya," kata Zaini mengangguk. Tatapan