Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2014

Ketika Perundingan Nyaris Deadlock

Gambar
Jumat, pukul 05.00 sore waktu Helsinki, Finlandia. Shadia Marhaban duduk terpekur. Di sampingnya, ada tiga lelaki. Munawar Liza Zainal, Teuku Hadi, dan seorang warga asing yang menjadi penasihat bagi negosiator GAM, Damien Kingsbury.  Raut wajah mereka cemas.Sementara, udara di luar gedung Koningsted, tempat Crisis Management Inisiative (CMI) --lembaga yang memediasi perundingan RI-GAM di Helsinki-- berkantor, terasa begitu panas. Tapi Shadia dan tiga rekannya tetap berada dalam kamar. Di sudut kamar itu, beberapa kali Munawar Liza tampak sibuk berbicara dengan seseorang di ujung telepon. Tak tahu entah apa yang dibicarakan. Beberapa komputer di kamar itu juga masih menyala. Praktis, tak banyak yang bisa mereka lakukan saat itu, selain hanya menunggu diliputi perasaan gundah. Tak berapa lama, kamar yang mereka tempati didatangi lima pria. Mereka adalah Malik Mahmud, Zaini Abdullah, Bakhtiar Abdullah, Muhammad Nur Djuli, dan Nurdin Abdul Rahman. "Perundingan suda

Gie, Dona Dona dan Aku

Gambar
Aku benar-benar terpesona dengan lagunya Joan Beaz. Dona Dona, judulnya. Keren. Buat perempuan yang namanya Dona Dona mungkin pasti senang. Karena namanya diabadikan dalam sebuah lagu. Sebenarnya aku juga tidak tahu kenapa ada judul lagu, Dona Dona. Mungkin ini hanya diketahui oleh penulis liriknya. Tapi yang kulihat dari lirinya, kalimat Dona Dona menjadi salah satu refrein dalam lagu ini. Dan aku sangat kagum dengan iramanya yang sendu dan mendayu dayu. Jujur aku mengatakan, sebelumnya tidak pernah aku mendengar lagu ini. Aku baru tahu saat acara Kick Andy di Metro TV. Rupanya Dona Dona adalah Sound Tracknya film layar lebar, semi dokumenter berjudul "Gie". Film yang di sutradarai Riri Reza dan Mira Lesmana ini menceritakan kisah perjalanan seorang aktivis mahasiswa bernama Soe Hok Gie. Soe Hok Gie lahir 17 Desember 1942 dan meninggal dalam usia muda pada 16 Desember 1969. Atau tepatnya pada umur 26 tahun. Gie adalah salah seorang aktivis Indonesia dan mahasiswa Fakul

Menyasar Ibu Rumah Tangga

Gambar
VIRUS HIV/AIDS ternyata tidak hanya menyerang populasi berisiko, seperti pekerja seks komersial, sopir jarak jauh, pengguna narkoba melalui jarum suntik atau mereka yang berperilaku kerap berganti pasangan atau doyan ‘jajan’ di luar. HIV/AIDS yang merupakan virus yang menyerang kekebalan tubuh, juga menyasar ibu rumah tangga dan anak-anak. Sebagian besar para penderita dari kelompok ibu dan anak ini merupakan korban dari perilaku hidup orang-orang terdekatnya, seperti suami yang sering ‘jajan’ di luar, atau menggunakan jasa PSK untuk memuaskan nafsu, maupun mereka yang kerap menggunakan narkoba melalui jarum suntik yang tidak steril. Menurut staf KPA Provinsi Aceh, Dewi Fachrina, biasanya penderita HIV/AIDS dari kelompok anak dan ibu ini ditularkan lewat suaminya. “Setelah suami ‘jajan’ di luar, lalu pulang ke rumah dan melakukan hubungan seks dengan istrinya. Apabila suaminya sudah tertular HIV/AIDS maka, kemungkinan besar istirnya juga akan tertular. Demikian juga bila istriny

AIDS Serang Aceh

Gambar
PENYEBARAN virus HIV/AIDS di Aceh semakin mengkhawatirkan. Seperti tidak mengenal batasan umur, virus mematikan ini menyasar berbagai lapisan masyarakat dan strata sosial. Mulai anak-anak, remaja, mahasiswa, lelaki dan perempuan dewasa, sampai ibu rumah tangga masuk dalam daftar panjang para penderita. Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Provinsi Aceh menyebutkan,  sampai September 2014 tercatat ada 297 kasus HIV/AIDS di Aceh, tersebar di 23 kabupaten/kota. Sebanyak 97 penderita di antaranya dilaporkan meninggal dunia. Fenomena memiriskan ini diulas Serambi untuk laporan eksklusif edisi ini. Umar, sebut saja namanya demikian, terbaring lemas. Dia tergolek kaku di ranjang. Tubuhnya tinggal tulang-belulang dibungkus kulit. Matanya membelalak. Sesekali Umar mengerang kesakitan.  “Aduh mama, sakit kali,” ucapnya saat dijenguk Serambi, pekan lalu. Sang mama yang berdiri di samping Umar terlihat mengelus-elus punggung putranya itu. Sang istri juga setia menemani. Pria yang beralama

Aceh Terancam Ledakan Pecandu

Gambar
KEPALA Seksi (Kasi) Peran Serta Masyarakat BNNP Aceh, dr Arifdian mengatakan, selama tahun 2010 ada sekitar 350 anak Aceh yang menjalani proses rehabilitasi karena kecanduan narkoba. Selain panti rehab BNNP Aceh, ada juga tiga tempat lainnya untuk menampung para pecandu narkoba di Banda Aceh yaitu Panti Rehabilitasi Rumoh Geutanyoe, RSJ Aceh, dan Yayasan Tabina yang baru terbentuk 2014. Menurut Arifdian, para residen (pecandu yang menjadi rehabilitasi) penyalahgunaan narkoba di Aceh sudah memasuki tahap paling mengkhawatirkan. “Sebanyak 90 persen rata-rata pencandu mengonsumsi sabu plus ganja,” ungkapnya kepada Serambi, Jumat 18 Juli 2014. Arifdian menyebutkan, ibarat bom waktu, jika dilihat dari jumlah kasus, lima tahun ke depan Aceh akan mengalami ledakan pecandu narkoba baru. Lebih memiriskan lagi, katanya, kenyataan ini tidak diimbangi dengan ketersediaan dana dan tempat rehabilitasi yang  memadai di Aceh. “Rehabilitasi Napza tidak masuk dalam program BPJS. Lantas, bagaimana de

Menanti Asa di Balik Panti

Gambar
JO tak pernah membayangkan jika perkenalannya dengan seorang oknum TNI telah membawanya ke dunia kelam narkoba. Diawali dengan ingin coba-coba, akhirnya ia menjadi pecandu berat SS. Sampai di suatu hari, akibat ketergantungan pada sabu, Jo merasa sakau dan butuh uang segera untuk membeli barang haram itu. “Di saat saya butuh, dan tidak punya uang, saya menggadaikan apa saja. Mulai dari laptop, kendaraan dan barang berharga lainnya. Uang di tabungan saya juga tidak ada yang tersisa. Bagaimana caranya saya bisa ambil barangnya,” tutur Jo kepada Serambi menceritakan pengalaman pahitnya selama hidup dengan ketergantungan sabu. Serambi menemui lelaki berusia 23 tahun itu di Panti Rehabilitasi Pecandu Narkoba milik Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Aceh, Jumat 18 Juli 2014. Kini Jo menghabiskan hari-harinya di panti itu bersama sekitar delapan temannya yang masih dalam proses pemulihan dari ketergantungan narkoba. Atas inisiatif sendiri dan didukung keluarga, Jo sudah menjalani

Mengungkap Asal Sabu Aceh

Gambar
NARKOTIKA, khususnya sabu-sabu (SS) digunakan oleh warga Aceh dengan beragam usia. Sabu bahkan sudah memasuki dunia kampus dan pesantren. Saat ini, tidak kurang 10.000 warga Aceh yang mengonsumsi narkoba. Di sisi lain, tempat-tempat rehabilitasi pecandu narkoba ini masih sangat terbatas jumlahnya. Jika tidak ada kebijakan khusus, akan terjadi ledakan pecandu narkoba di Aceh dalam beberapa tahun ke depan. Serambi menuliskan tren penggunaan sabu di Aceh, dalam laporan eksklusif edisi ini.    SAFRI Kasim (54) tidak berkutik ketika petugas keamanan penerbangan Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM) Blangbintang, Aceh Besar, membekuknya, Selasa 8 Juli 2014. Lelaki asal Jakarta ini berusaha menyelundupkan satu kilogram SS melalui Bandara SIM dalam sebuah tas jinjing. Dengan sikapnya yang tenang berharap petugas aviation security (Avsec) mengizinkan ia masuk membawa tas kecil tersebut melalui pintu depan yang hanya mendapat pemeriksaan badan lewat metal detector. Tapi petugas

Hutan Aceh Dirambah

Gambar
SEJUMLAH lelaki hilir mudik mengangkut batangan pohon. Beberapa di antaranya berusaha memasukkan kayu gelondongan itu ke dalam truk yang parkir di pinggiran hutan. Sekilas, kayu-kayu bulat itu berdiameter 50-100 cm dan masih segar. “Sepertinya batang kayu gelondongan ini sudah lebih dulu dipotong di dalam hutan sebelum diangkut ke truk. Ini salah satu bukti aktivitas illegal logging hasil temuan Walhi di Krueng Simpo, Kecamatan Juli, Bireuen pada Juni lalu,” kata Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Aceh, M Nur kepada Serambi, Sabtu (8/11) lalu. M Nur lalu memperlihatkan sejumlah foto lainnya yang juga menunjukkan sejumlah bukti aktivitas perambahan hutan lindung di Aceh. Dari sejumlah foto itu, terekam jelas kondisi hutan Aceh kini. “Kalau dilihat dari atas memang masih hijau, tapi kondisinya akan terlihat lebih parah jika ditelusuri masuk ke dalam. Banyak lokasi hutan lindung sekarang yang sudah rusak, tandus akibat terjadinya perambahan,” ujarnya. Walhi Aceh merekam ban

Diburu Warga Biasa sampai Pejabat

Gambar
Di jemari AKP Ibrahim Prades melingkar enam cincin bertahtakan batu mulia jenis safir, blue safir, zamrud, rubi, dan akik merah darah. Hanya yang terakhir yang berasal dari kekayaan negeri berjuluk zamrud khatulistiwa, Cilacap. Selebihnya telah bertajuk mustika dan diperoleh Prades dari teman yang melawat ke Kolombia, Rusia, Afrika Selatan, dan Myanmar. Batu mulia yang datang dari berbagai penjuru dunia itu selain bercitarasa seni tinggi, konon juga dipercaya memiliki kekuatan mistis yang membuat pemakainya kebal peluru. “Saya mengoleksi batu mulia sejak 20 tahun belakangan. Dulu saya dikatai gila dan berpenampilan seperti dukun. Padahal, dalam Islam sendiri khadam terhadap batu seperti halnya Hajaral Aswad. Orang-orang sekarang baru gila giok,” tutur Prades sembari terkekeh, terngiang komentar orang-orang terhadapnya. Sejak pesona giok menggeliat di Bumi Aceh banyak kalangan yang jatuh hati pada kilauannya. Tidak hanya warga biasa, demam giok dan berbagai jenis batu mulia la

Aceh Demam Giok

Gambar
Giok kini seakan melekat dengan keseharian masyarakat Aceh. Mulai dari pegunungan hingga sudut-sudut kota, warga Aceh seolah terkena sihir batu yang menakjubkan itu. Bisnis-bisnis baru pun bertumbuhan. Serambi merangkum ‘kegilaan’ warga Aceh terhadap batu mulia itu dalam laporan eksklusif berikut ini. BONGKAHAN batu itu sekilas tidak ada yang istimewa. Berbentuk lonjong dengan kulit luar berwarna kuning dan kasar. Seperti batu biasa lainnya yang berasal dari gunung, batu ini memiliki berat sekitar 1,5 kilogram. Namun siapa nyana, dari penampakannya yang biasa saja, bongkahan batu itu dibanderol dengan harga Rp 2,5 juta. “Boleh dilihat, saya jamin kualitasnya bagus,” kata Arbi, seorang penambang batu giok saat ditemui Serambi di pusat penjualan batu akik dan permata Gemstone kawasan Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh, Rabu (10/12). Arbi memamerkan batu berjenis cempaka madu itu kepada setiap pengunjung Gemstone. Batu akik cempaka madu dikenal sebagai salah satu jenis b

Jejak Raja Aceh Terancam Punah

Gambar
PEMERINTAH Aceh dan kabupaten/kota hampir selalu berkoar-koar bahwa Tanah Rencong ini punya sejarah hebat dengan tokoh-tokoh pelaku sejarah yang legendaris. Aceh tempo doeloe juga diklaim sebagai satu dari beberapa kerajaan Islam kuat di dunia. Sayangnya, di lapangan, nyaris tak ada upaya penyelamatan situs-situs budaya  bernilai sejarah itu. Fenomena ini seakan menyiratkan bahwa tak ada  bukti pengakuan dari generasi saat ini terhadap kegemilangan sejarah masa silam. Apakah pemerintah tidak tahu atau tidak mau tahu? Serambi mengulasnya dalam laporan eksklusif berikut ini. KONTUR tanahnya berbukit bercampur bebatuan karst. Terletak di atas ketinggian 40 meter dari permukaan laut, area seluas hampir 200 hektare itu ditumbuhi pepohonan liar. Butuh tenaga ekstra untuk menjangkaunya. Di beberapa titik, untuk mencapai puncak harus menyusuri dinding tebing yang curam dan terjal. Dari atas ketinggian bukit inilah mata bebas memandang hamparan biru Selat Malaka. Bila menghadap ke utara, kapa

Rapor ‘Merah’ Pendidikan Aceh

Gambar
Dalam sejumlah parameter, kualitas pendidikan di Aceh masih tertinggal dibanding dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia. Namun, di sisi lain, belanja di sektor pendidikan justru semakin meningkat tiap tahun. Lalu, apa masalah yang dihadapi dunia pendidikan Aceh hari ini? Serambi merangkumnya dalam laporan eksklusif berikut ini. TIDAK biasanya spanduk berlatar putih dengan tulisan “Posko Pengaduan Siswa yang tak Lulus UN Tahun 2014” itu terpampang di pagar depan Kantor Dinas Pendidikan Aceh. Sementara, sejumlah lelaki muda tampak duduk lesehan di bawahnya dengan alas seadanya. Sesekali para aktivis mahasiswa yang menamakan diri Aliansi Masyarakat Peduli Pendidikan (AMPP) itu, berorasi. Sayup-sayup terdengar suara “Copot Kadisdik Aceh, copot Kadisdik Aceh!” Teriakan itu kentara menyedot perhatian masyarakat yang melintasi Jalan Tgk Daud Beureueh, di bilangan Simpang Lima, Banda Aceh. Aksi mahasiswa pada Selasa, 24 Juni itu, mendadak muncul di halaman depan Kantor Disdik Aceh

Negosiasi Buntu di Danubroto

Gambar
MALAM beranjak larut. Jarum jam menunjukkan pukul 00.48 WIB. Suasana di luar rumah di Jalan Darubroto, Geuceu Iniem, Banda Aceh, Selasa malam 17 Juni 2014 tampak ramai. Sejumlah mobil berjejar parkir. Satu di antaranya Alfard BL 260 JA yang ditumpangi Gubernur Zaini Abdullah. Malam itu, satu pertemuan penting sedang belangsung di kediaman Wali Nanggroe, Malik Mahmud Al Haytar, antara tim bersama pembahasan RPPA dan Perpres. Tim Pemerintah Aceh terlihat ada dr Zaini Abdullah, Malik Mahmud Al Haytar, Ketua DPRA Hasbi Abdullah, anggota DPRA dari Komisi A Adnan Beuransah, Wakil Ketua Komisi Nurzahri, Wakil Ketua Tim Asistensi Gubernur M Adli Abdullah, Kepala Biro Hukum Setda Aceh Edrian dan sejumlah sosok penting lainnya. Sedangkan dari Pemerintah Pusat diwakili Dirjen Otda Kemedagri Prof Djohermansyah Djohan dan beberapa staf Kemendagri. Semula pertemuan dijadwalkan di Pendopo. Namun urung dilakukan karena Wali Nanggroe dikabarkan kurang sehat. Doto Zaini memutuskan mengajak Dirjen Otda

Jejak Sang Petarung

Gambar
BAGI rakyat Aceh, sosok pasangan capres/cawapres yang bertarung pada Pilpres 2014 punya kesan tersendiri. Seperti halnya Jusuf Kalla, adalah seorang arsitek perdamaian Aceh antara GAM dan Pemerintah RI. JK merupakan figur yang akrab dengan para mantan petinggi GAM sekelas Malik Mahmud, Zakaria Saman, bahkan Gubernur Aceh, dr Zaini Abdullah. Lewat tangan dingin JK dan beberapa perintis lainnya, perdamaian Aceh lahir pada 15 Agustus 2005 di Helsinki, Finlandia. Sosok JK kini semakin akrab setelah ia menjadi calon wakil presiden mendampingi Jokowi. Pasangan ini pula memilih Aceh sebagai daerah pertama yang dikunjungi JK pada awal musim kampanye 5 Juni lalu di Sigli, Pidie. Sedangkan Jokowi memilih berkampanye di Papua. Maka tak mengherankan jejak dan jasa JK merintis lahirnya perdamaian Aceh banyak diingat rakyat di Serambi Mekah. Atas alasan ini pula dr Zaini Abdullh, Zakaria Saman secara personal memberi dukungan kepada pasangan Jokowi-JK. “Pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla adalah soso

Mengungkap Mafia Gading Gajah

Gambar
PAPA Genk. Nama itu kini hanya tinggal cerita atas ganasnya perilaku manusia terhadap gajah di hutan Aceh. Gajah dewasa berusia 30 tahun itu mati mengenaskan dengan kondisi leher putus setelah terjebak ranjau besi di Desa Ranto Sabon, Kecamatan Sampoiniet, Aceh Jaya, pada 13 Juli 2013. Gading Papa Genk seberat 25 kg (setara dengan Rp 250 juta) juga hilang diambil pembunuhnya. Kematian Papa Genk meninggalkan duka mendalam bagi Rosa dan Suci, istri dan anaknya. Kedua mereka berhari-hari “meratapi” kematian Papa Genk dalam perasaan getir. Kasus Papa Genk merupakan potret betapa buramnya nasib gajah-gajah di Aceh saat ini. Satwa yang dilindungi dan kerapa dipanggil dengan nama Po Meurah--bermakna “Raja Yang Mulia”--itu semakin terancam kehidupannya. Sepanjang 2012-2014, setidaknya 22 ekor gajah ditemukan mati di hutan Aceh. Semua gajah ini mati dalam kondisi mengenaskan. Ada yang ditombak, diracun, masuk dalam jebakan maut, hingga dibunuh ramai-ramai. Kasus terakhir terjadi pada 11 April