Postingan

Ketika Perundingan Nyaris Deadlock

Gambar
Jumat, pukul 05.00 sore waktu Helsinki, Finlandia. Shadia Marhaban duduk terpekur. Di sampingnya, ada tiga lelaki. Munawar Liza Zainal, Teuku Hadi, dan seorang warga asing yang menjadi penasihat bagi negosiator GAM, Damien Kingsbury.  Raut wajah mereka cemas.Sementara, udara di luar gedung Koningsted, tempat Crisis Management Inisiative (CMI) --lembaga yang memediasi perundingan RI-GAM di Helsinki-- berkantor, terasa begitu panas. Tapi Shadia dan tiga rekannya tetap berada dalam kamar. Di sudut kamar itu, beberapa kali Munawar Liza tampak sibuk berbicara dengan seseorang di ujung telepon. Tak tahu entah apa yang dibicarakan. Beberapa komputer di kamar itu juga masih menyala. Praktis, tak banyak yang bisa mereka lakukan saat itu, selain hanya menunggu diliputi perasaan gundah. Tak berapa lama, kamar yang mereka tempati didatangi lima pria. Mereka adalah Malik Mahmud, Zaini Abdullah, Bakhtiar Abdullah, Muhammad Nur Djuli, dan Nurdin Abdul Rahman. "Perundingan suda

Gie, Dona Dona dan Aku

Gambar
Aku benar-benar terpesona dengan lagunya Joan Beaz. Dona Dona, judulnya. Keren. Buat perempuan yang namanya Dona Dona mungkin pasti senang. Karena namanya diabadikan dalam sebuah lagu. Sebenarnya aku juga tidak tahu kenapa ada judul lagu, Dona Dona. Mungkin ini hanya diketahui oleh penulis liriknya. Tapi yang kulihat dari lirinya, kalimat Dona Dona menjadi salah satu refrein dalam lagu ini. Dan aku sangat kagum dengan iramanya yang sendu dan mendayu dayu. Jujur aku mengatakan, sebelumnya tidak pernah aku mendengar lagu ini. Aku baru tahu saat acara Kick Andy di Metro TV. Rupanya Dona Dona adalah Sound Tracknya film layar lebar, semi dokumenter berjudul "Gie". Film yang di sutradarai Riri Reza dan Mira Lesmana ini menceritakan kisah perjalanan seorang aktivis mahasiswa bernama Soe Hok Gie. Soe Hok Gie lahir 17 Desember 1942 dan meninggal dalam usia muda pada 16 Desember 1969. Atau tepatnya pada umur 26 tahun. Gie adalah salah seorang aktivis Indonesia dan mahasiswa Fakul

Menyasar Ibu Rumah Tangga

Gambar
VIRUS HIV/AIDS ternyata tidak hanya menyerang populasi berisiko, seperti pekerja seks komersial, sopir jarak jauh, pengguna narkoba melalui jarum suntik atau mereka yang berperilaku kerap berganti pasangan atau doyan ‘jajan’ di luar. HIV/AIDS yang merupakan virus yang menyerang kekebalan tubuh, juga menyasar ibu rumah tangga dan anak-anak. Sebagian besar para penderita dari kelompok ibu dan anak ini merupakan korban dari perilaku hidup orang-orang terdekatnya, seperti suami yang sering ‘jajan’ di luar, atau menggunakan jasa PSK untuk memuaskan nafsu, maupun mereka yang kerap menggunakan narkoba melalui jarum suntik yang tidak steril. Menurut staf KPA Provinsi Aceh, Dewi Fachrina, biasanya penderita HIV/AIDS dari kelompok anak dan ibu ini ditularkan lewat suaminya. “Setelah suami ‘jajan’ di luar, lalu pulang ke rumah dan melakukan hubungan seks dengan istrinya. Apabila suaminya sudah tertular HIV/AIDS maka, kemungkinan besar istirnya juga akan tertular. Demikian juga bila istriny

AIDS Serang Aceh

Gambar
PENYEBARAN virus HIV/AIDS di Aceh semakin mengkhawatirkan. Seperti tidak mengenal batasan umur, virus mematikan ini menyasar berbagai lapisan masyarakat dan strata sosial. Mulai anak-anak, remaja, mahasiswa, lelaki dan perempuan dewasa, sampai ibu rumah tangga masuk dalam daftar panjang para penderita. Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Provinsi Aceh menyebutkan,  sampai September 2014 tercatat ada 297 kasus HIV/AIDS di Aceh, tersebar di 23 kabupaten/kota. Sebanyak 97 penderita di antaranya dilaporkan meninggal dunia. Fenomena memiriskan ini diulas Serambi untuk laporan eksklusif edisi ini. Umar, sebut saja namanya demikian, terbaring lemas. Dia tergolek kaku di ranjang. Tubuhnya tinggal tulang-belulang dibungkus kulit. Matanya membelalak. Sesekali Umar mengerang kesakitan.  “Aduh mama, sakit kali,” ucapnya saat dijenguk Serambi, pekan lalu. Sang mama yang berdiri di samping Umar terlihat mengelus-elus punggung putranya itu. Sang istri juga setia menemani. Pria yang beralama

Aceh Terancam Ledakan Pecandu

Gambar
KEPALA Seksi (Kasi) Peran Serta Masyarakat BNNP Aceh, dr Arifdian mengatakan, selama tahun 2010 ada sekitar 350 anak Aceh yang menjalani proses rehabilitasi karena kecanduan narkoba. Selain panti rehab BNNP Aceh, ada juga tiga tempat lainnya untuk menampung para pecandu narkoba di Banda Aceh yaitu Panti Rehabilitasi Rumoh Geutanyoe, RSJ Aceh, dan Yayasan Tabina yang baru terbentuk 2014. Menurut Arifdian, para residen (pecandu yang menjadi rehabilitasi) penyalahgunaan narkoba di Aceh sudah memasuki tahap paling mengkhawatirkan. “Sebanyak 90 persen rata-rata pencandu mengonsumsi sabu plus ganja,” ungkapnya kepada Serambi, Jumat 18 Juli 2014. Arifdian menyebutkan, ibarat bom waktu, jika dilihat dari jumlah kasus, lima tahun ke depan Aceh akan mengalami ledakan pecandu narkoba baru. Lebih memiriskan lagi, katanya, kenyataan ini tidak diimbangi dengan ketersediaan dana dan tempat rehabilitasi yang  memadai di Aceh. “Rehabilitasi Napza tidak masuk dalam program BPJS. Lantas, bagaimana de

Menanti Asa di Balik Panti

Gambar
JO tak pernah membayangkan jika perkenalannya dengan seorang oknum TNI telah membawanya ke dunia kelam narkoba. Diawali dengan ingin coba-coba, akhirnya ia menjadi pecandu berat SS. Sampai di suatu hari, akibat ketergantungan pada sabu, Jo merasa sakau dan butuh uang segera untuk membeli barang haram itu. “Di saat saya butuh, dan tidak punya uang, saya menggadaikan apa saja. Mulai dari laptop, kendaraan dan barang berharga lainnya. Uang di tabungan saya juga tidak ada yang tersisa. Bagaimana caranya saya bisa ambil barangnya,” tutur Jo kepada Serambi menceritakan pengalaman pahitnya selama hidup dengan ketergantungan sabu. Serambi menemui lelaki berusia 23 tahun itu di Panti Rehabilitasi Pecandu Narkoba milik Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Aceh, Jumat 18 Juli 2014. Kini Jo menghabiskan hari-harinya di panti itu bersama sekitar delapan temannya yang masih dalam proses pemulihan dari ketergantungan narkoba. Atas inisiatif sendiri dan didukung keluarga, Jo sudah menjalani

Mengungkap Asal Sabu Aceh

Gambar
NARKOTIKA, khususnya sabu-sabu (SS) digunakan oleh warga Aceh dengan beragam usia. Sabu bahkan sudah memasuki dunia kampus dan pesantren. Saat ini, tidak kurang 10.000 warga Aceh yang mengonsumsi narkoba. Di sisi lain, tempat-tempat rehabilitasi pecandu narkoba ini masih sangat terbatas jumlahnya. Jika tidak ada kebijakan khusus, akan terjadi ledakan pecandu narkoba di Aceh dalam beberapa tahun ke depan. Serambi menuliskan tren penggunaan sabu di Aceh, dalam laporan eksklusif edisi ini.    SAFRI Kasim (54) tidak berkutik ketika petugas keamanan penerbangan Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM) Blangbintang, Aceh Besar, membekuknya, Selasa 8 Juli 2014. Lelaki asal Jakarta ini berusaha menyelundupkan satu kilogram SS melalui Bandara SIM dalam sebuah tas jinjing. Dengan sikapnya yang tenang berharap petugas aviation security (Avsec) mengizinkan ia masuk membawa tas kecil tersebut melalui pintu depan yang hanya mendapat pemeriksaan badan lewat metal detector. Tapi petugas