Kisah Kelahiran Bayi Kembar Tiga

-- Kisah Kelahiran Bayi Kembar Tiga
Satu Sempat Sungsang, Baru Ketahuan Saat di USG

Prosesi melahirkan bayi bagi seorang ibu tetap merupakan suatu yang amat fenomenal. Apalagi bila bayi yang dilahirkan itu sampai tiga orang. Inilah cerita ibu bayi yang anaknya lahir kembar tiga.

ANSARI HASYIM, Banda Aceh

RUANG Neonatal Intensive Care Unit (NICU) Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA) tiga hari terakhir ini dihebohkan dengan keberadaan tiga bayi kembar. Ini merupakan kasus bayi kembar pertama pascatsunami di mana seorang ibu berhasil melahirkan tiga bayi sekaligus dalam keadaan normal meski harus melalui operasi Cesar.
Saat wartawan koran ini menyambanginya kemarin, ketiga bayi yang masih merah itu tampak tertidur pulas. Tubuhnya dibalut kain bedung. Sesekali mereka memperlihatkan gerak-gerak tubuh kecil, terutama pada bagian mulut. "Itu tandanya, mereka haus," kata Farida, seorang suster di rumah sakit itu.

Tak lama kemudian dua orang perawat berbaju merah jambu masuk. Mereka duduk di depan ketiga bayi itu bersama tiga botol susu di tangan. Kehadiran para perawat ini adalah kebiasaan rutin sejak ketiga bayi tersebut diinapkan di ruangan itu.
Satu botol berisi susu SGM kemudian didekatkan ke mulut seorang bayi di box sebelah kiri. Sebotol lagi ke mulut bayi yang di tengah dan lainya untuk bayi sebelah kanan. "Sejauh ini perkembangannya sangat baik. Kemampuan mengisapnya juga baik," kata Farida lagi.
Ketiga bayi tersebut terlahir dari rahim seorang ibu bernama Cut Dayang Sari (41), karyawan Bagian Umum, Surat Kabar Harian Serambi Indonesia.
Dari banyak kasus di Indonesia, kelahiran tiga bayi itu tergolong peristiwa fenomenal dan langka. Antara satu bayi dengan bayi yang lainnya tidak saling berdempetan atau sering disebut kembar siam. Ketiganya berhasil lahir normal, meskipun satu bayi sempat dikabarkan dalam posisi sungsang, posisi di mana bayi di dalam rahim berada dengan kepala di atas.
Bayi pertama lahir dengan berat 2 kilogram, bayi kedua 1,7 kilogram dan bayi ketiga 1,8 kilogram. Ini artinya berat badan ketiga bayi tersebut kurang dari berat badan bayi normal pada umumnya, yakni 2, 5 kilogram. Sementara panjang ketiganya masing-masing 45 cm, 40cm dan 43 cm.
Sebelum dititip dalam ruangan NICU, ketiganya sempat berada dalam box inkubator. "Sekarang tidak lagi. Mereka sudah boleh menghirup udara bebas," jelas suster Farida.
Tak pelak, keberadaan bayi-bayi mungil itu mendapat perhatian banyak perawat. Ada perawat yang mengakui terhibur dengan keberadaan mereka di ruangan itu.
"Kami sangat senang. Sesaat setelah lahir kami membawa mereka satu persatu bersama tiga orang perawat. Biasanya hanya ada satu perawat yang menunggu bersama satu bayi saat persalinan terjadi," kata seorang dokter di ruangan itu tersenyum.
Para perawat juga selalu menghampiri ketiga bayi itu setiap dua jam sekali untuk memberi asupan susu. Sayangnya, ketiga bayi tersebut tidak sepenuhnya merasakan kasih sayang dan kehangatan belaian ibunya, Cut Dayang Sari.
Ini lantaran Ibu dari bayi-bayi tersebut masih dalam perawatan di ruang Rawat Penyakit Kebidanan/Kandungan. "Baru dua kali saya melihat mereka," kata Sari.
Kondisi kesehatan ibu ini masih belum stabil dan tidak dapat banyak bergerak karena bekas luka pasca operasi. Ia ditemani seorang anak tertuanya, Khairunnisa (19).
Sari menceritakan, pada awal masa kehamilan, dirinya tidak pernah menduga bila akan mengandung tiga janin dalam rahimnya. Seperti wanita hamil pada umumnya, Sari bebas beraktivitas seperti biasa. Ia juga tidak pernah punya firasat apa pun tentang janin yang berada di rahimnya.

Hanya saja, tanda-tanda jabang bayi mulai diketahui kembar tiga sudah terasa pada masa bulan keempat usia kehamilan. Saat itu, berat badan ibu ini bertambah berat dan, ini tidak pernah terjadi pada saat sebelumnya. Perasaan aneh ini membuat Sari heran.
"Setelah saya di USG (Ultrasonographi) baru ketahuan, ternyata saya mengandung tiga bayi kembar dalam rahim. Dan itu membuat saya sangat terkejut," ujarnya.
USG atau Ultrasonografi adalah prosedur pemeriksaan menggunakan gelombang suara tinggi yang dipantulkan ke tubuh untuk memperlihatkan gambaran rahim dan isinya yang memberikan informasi dalam bentuk gambar dan dapat dilihat di layar monitor.
Sari belum puas dengan hasil pemeriksaan janin melalui komputer itu. Ia bersama suaminya, Alfi Syahrin (42) mendatangi dr Ridwan. Ternyata hasil pemeriksaan dokter itu juga sama. Sari pun belum sepenuhnya percaya. Hingga akhirnya dia berkonsultasi kepada dr Andalas SpOG, dokter ahli kandungan. Ternyata hasilnya juga tetap sama. Sari memang mengandung tiga bayi kembar.
Perkembangan janin terus membesar dan tumbuh selayaknya bayi pada umumnya. "Hanya saya saat itu saat di USG ada satu bayi yang dalam posisi sungsang," jelas warga Batoh Kecamatan Lueng Bata, Banda Aceh ini.
Hari berikutnya menjadi saat-saat yang melelahkan bagi ibu empat anak ini (sebelum melahirkan ketiga bayi itu). Persisnya pada bulan ke tujuh usia kandungan. Sari mulai tak bisa bergerak bebas. Saat berjalan ia terpaksa harus menggunakan tongkat.
Kakinya juga sempat kelihatan membesar karena menahan beban ketiga bayi yang dikandungnya. "Pada bulan ke tujuh itu saya hanya bisa duduk dan makan. Sulit untuk bergerak. Saya hanya bisa menunggu hari demi hari, malam demi malam menjelang kelahiran," tuturnya.
Fase berikutnya, janin dalam kandungan ibu ini mulai berkontraksi. Sesekali bayi-bayi itu bergerak dan menendang dinding perut ibunya. Kontraksi ini membuat Sari merasa sedikit cemas. Fisiknya makin lemah. Namun ia mencoba untuk tetap tegar menanti hari-hari persalinan yang makin dekat.
Persisnya pada usia kandungan sembilan bulan, kurang satu minggu, Sari benar - benar berhadapan dengan kenyataan. Saat itulah ketiga bayi itu mulai melesak ke bawah rahim dan otot-otot bagian perut ibu ini mulai terasa berkontraksi lebih kuat.
"Beberapa hari sebelum akan melahirkan napas saya terasa sesak. Tapi dokter bilang tunggu saja sebentar lagi," ujarnya.
Selasa siang 22 Januari 2008, Sari memasuki ruangan operasi. Sakit di bagian perutnya mulai terasa lebih kuat. Saat itu, ibu ini hanya pasrah. "Sebelum masuk ruang operasi saya minta maaf kepada suami. Selanjutnya saya terus berzikir dalam hati dan semuanya yang terjadi pada diri saya, saya serahkan semuanya kepada Tuhan," tuturnya.

Lalu ia menutup mata dan setengah tak sadarkan diri karena dokter membius wanita itu dengan obat bius lokal. Alhasil, tim dokter dipimpin dr Andalas SpOG yang menangani operasi Cesar itu menjalankan tugasnya dengan baik. Tiga bayi kembar kemudian terlahirkan dari rahim Sari tepat pukul 12.30 WIB hari itu.
"Bu lihat bayinya sudah lahir," kata dokter seperti yang didengar Sari sesaat dia. "Waktu itu saya tidak jawab apa-apa. Hanya ucapan syukur saja yang sempat terucap di tengah saya dalam kondisi setengah sadar itu," katanya terharu.
Kelahiran ketiga bati tersebut merupakan kehamilan keenam bagi perempuan berusia 41 tahun ini. Bagi sebagian wanita, usia tersebut tergolong sulit untuk menjalani persalinan. Tapi, Sari berhasil melewati masa-masa kritis itu. Selama hamil, Sari pernah keguguran satu kali.
Dari perkawinannya dengan seorang lelaki bernama Alfi Syahrin (42) mereka dikaruniai empat orang anak, dua laki-laki dan dua perempuan. Ini belum termasuk tiga bayi kembar yang baru saja dia lahirkan.
Kini Sari belum bisa membawa ketiga bayi itu berada di sisinya. Terlebih untuk memberinya ASI. Hanya saja ketika haus dan menangis, ketiga bayi itu diantar anak tertuanya, Khairunnisa untuk diberi ASI secara bergantian.
Anehnya, sesama bayi-bayi itu ternyata memiliki ikatan emosional yang kuat. "Kalau satu menangis, yang dua lagi juga ikut menangis. Seperti ada kontak batin," kata Khairunnisa, kakak tertua dari ketiga bayi itu.

Demikian juga ketika satu bayi digendong yang dua lainnya juga seolah minta digendong. Gadis ini juga mengaku bahagia dengan kedatangan ‘tiga anggota baru’ dalam keluarganya itu. "Kami sampai sekarang belum memberi mereka nama. Nanti saja, kami berembuk dulu. Cari yang mudah diingat saja," kata mahasiswi PDPK Unsyiah itu. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selingkuh, Pejabat dan Istri Simpanan

Gie, Dona Dona dan Aku