Melihat Antusiasme Peminat Novel Laskar Pelangi di Aceh

Ada yang Menangis Setelah Membaca, Ada yang Berminat Kawin dengan si Penulis


Siapa menyangka bila novel Laskar Pelangi ternyata tidak hanya booming di pulau Jawa. Di Aceh, novel yang diangkat dari kisah nyata seorang penulis itu juga diburu anak muda di Aceh. Seperti apakah kedekatan cerita dalam novel itu di mata mereka ?

ANSARI- BANDA ACEH


SABtu lalu adalah hari istimewa bagi Andrea Hirata. Lelaki berpotongan rambut gimbal itu duduk membelakangi sebuah baliho besar bertuliskan Laskar Pelangi. Di depannya, mata seribuan orang menatap kepada Andrea yang saat itu tampak bersemangat berbicara.
"Saya menulis buku ini dengan semangat memparodikan tragedi, marah tanpa memaki-maki," katanya.
Siapa tak kenal dengan lelaki kelahiran Pulau Belitong ini. Ia dikenal luas sejak buku Laskar Pelangi meledak di pasaran. Andrea, sang penulis buku itu, kemarin hadir dalam forum bedah buku yang digelar di gedung AAC Dayan Dawood. Ia berbagi cerita dan pengalamannya dibalik kesuksesannya menulis buku Laskar Pelangi yang sekarang sudah memasuki cetakan ke 22 dan sudah naik dicetak 300 ribu eksemplar.
Di luar dugaan buku setebal 529 halaman itu ternyata juga diminati kaum muda di Aceh. Terutama kalangan mahasiswa bahkan, masyarakat umum.
Sosok Andrea Hirata, tak pernah dikenal sebelumnya. Ia tak pernah menulis sepotong pun cerpen. Tapi tiba-tiba menjadi seorang penulis buku best seller. Melalui dua karyanya, Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi, Andrea mampu menempatkan dirinya sebagai penulis muda Indonesia yang berbakat.
Bagi Andrea, Laskar Pelangi adalah buku pertama yang ditulisnya berdasarkan pengalaman pribadi yang diangkat dalam genre roman. Bak kacang rebus, novel itu kemudian laris manis di pasaran. Bahkan, di Malaysia, buku itu menjadi best seller.
"Sekarang ada yang bilang buku ini menjadi bacaan wajib di sekolah," katanya disambut applus dari pengunjung yang hadir.
Andre yang menghabiskan masa kecilnya di Pulau Belitong menyebutkan, kekuatan Laskar Pelangi ada pada konteks cerita yang disampaikan, bukan pada teks.
"Konteks dalam pengertian kekuatan cerita dan pesan moral yang ingin di sampaikan. Saya sama sekali tidak berminat menulis empat halaman hanya berbicara soal matahari yang tenggelam," tuturnya.
Dari beberapa literatur menyebutkan, novel Laskar Pelangi bercerita tentang kehidupan 11 anak dari keluarga miskin yang bersekolah (SD dan SMP) di sebuah sekolah Muhammadiyah di Pulau Belitong yang penuh dengan keterbatasan.
Dari 11 anak itu, tersebut seorang anak bernama Ikal yang tak lain adalah Andrea sendiri. Mereka bersekolah dan belajar pada kelas yang sama dari kelas 1 SD sampai kelas 3 SMP, dan menyebut diri mereka sebagai Laskar Pelangi. Gedung SD tempat Ikal (tokoh Aku) belajar bersama teman-temannya merupakan SD tertua di Belitong dan kondisinya hampir roboh.
Karena kondisinya yang memprihatinkan, pemerintah berencana menutupnya. Namun bu Muslimah dan Pak Harfan ((keduanya guru pada SD itu) tetap berjuang agar sekolah itu tetap berdiri. Sebab, itu satu-satunya sekolah yang tidak menarik bayaran. Sekolah untuk anak-anak miskin di Belitong.
Andrea mengatakan, tokoh bu Muslimah dalam novel itu adalah sosok yang telah memberinya kekuatan dan semangat menjalani hari-harinya di sekolah itu.
“Bayangkan pada pagi hari kami harus menyapu semua lantai sekolah. Karena pada malam harinya, sekolah itu ditinggali oleh hewan ternak,” kisah Andrea tentang salah satu bagian cerita dalam novel itu.
“Yang mengherankan, setelah jam belajar kami tidak pulang dulu. Kami ingin berlama-lama di ruang sekolah. Kadang bu Muslimah merasa heran dengan apa yang kami lakukan,” katanya lagi.
Keteguhan dan ikhlasan bu Muslimah mengajar murid-muridnya telah membuat Andrea terkesan dan bahkan sampai-sampai ia tidak dapat mengungkapkan perasaannya terhadap dedikasi yang diberikan bu Muslimah dan Pak Harfan kepada ia dan rekan-rekannya yang tergabung dalam Laskar Pelangi.
Nama Laskar Pelangi sendiri diambil Andrea dari julukan bu Muslimah untuknya dan kesepuluh temannya.
"Bu Muslimah sosok yang harus terus hidup dalam diri saya," tandas pria yang masih bujangan itu.
Pada bagian akhir cerita, anggota Laskar Pelangi bertambah satu anak perempuan yang bernama Flo, seorang murid pindahan. Keterbatasan yang ada bukan membuat mereka putus asa, tetapi malah membuat mereka terpacu untuk dapat melakukan sesuatu yang lebih baik.
Tak dapat dipungkiri Laskar Pelangi telah menginspirasi banyak orang. Bahkan menjadi salah satu buku yang sangat menggugah dan dijuluki Inspirational Book of The Year.
Karena kekutan itu, Novel Laskar Pelangi ternyata mendapat hati tersendiri di setiap pembaca. Bahkan ada guru yang tersadarkan dari kelakuannya yang berlaku kasar kepada murid-muridnya, namun setelah membaca buku itu sang guru tersebut berlaku sebaliknya.
"Setelah membaca buku itu, ibu saya tidak pernah lagi menampar murid-muridnya kalau mereka salah. Dan itu sangat menginspirasi ibu saya untuk bisa menjadi guru yang baik seperti bu Muslimah dalam novel itu," kata Fahmi, salah satu peserta diskusi bedah buku Laskar Pelangi.
Cerita lainnya, ada seorang mahasiswa sampai menangis setelah membaca Laskar Pelangi. Ia terharu dengan kegigihan para tokoh dalam novel itu yang berjuang dengan landasan nilai patriotisme. Lain lagi cerita Rossi yang menyebutkan, Laskar Pelangi bukan hanya sebuah novel yang patut dibaca oleh siapa saja, namun di dalamnya juga mengandung banyak pesan moral dan pendidikan.
"Novel ini sangat layak untuk dibaca. Kita akan mendapatkan warna-warna dan cerita yang mengharukan sekaligus rasa kepahlawanan dalam diri kita. Ini sebuah karya fantastis!," ujarnya.
Tokoh Andrea, si penulis Laskar Pelangi ternyata juga menjadi sosok yang amat dielu-elukan oleh banyak anak muda. Seorang mahasiswa yang berkesempatan berbicara pada forum bedah buku itu dengan beraninya menyatakan akan melamar Andrea untuk calon suaminya.
"Setelah saya menyatakan itu, baru puas rasanya. Sudah lama saya ingin ketemu Mas Andrea," katanya dengan nada serius.
Tak pelak, suasana forum yang sejak beberapa jam sebelumnya hanya diwarnai dengan apllus para undangan, tiba-tiba berubah menjadi gelak tawa.
Karena keberaniannya, Andrea memberi sebuah buku Laskar Pelangi kepadanya sebagai hadiah.
Cerita lainnya juga dialami Dewi. Semula ia penasaran dengan makin banyak teman-temannya berbicara soal buku Laskar Pelangi. Ia pun kemudian merasa penasaran. Hingga suatu kali ia berkesempatan mencoba membacanya sendiri. Namun apa yang terjadi, kisah dalam novel itu sangat menyentuh perasaan gadis itu.
“Setelah membaca, saya bersama teman-teman lalu menangis di kamar. Ceritanya sangat mengharukan kami,” tutur gadis itu dengan mata nyaris menangis pula.
Ketenaran Novel Laskar Pelangi dengan penerbitnya Bentang Pustaka itu juga diakui M Yasir Yusuf, akademisi dan seorang Motivator Achivement Trainer.
Menurut dosen IAIN itu, Laskar Pelangi layak menjadi inspirasi buat banyak orang. Di dalamnya mengandung nilai-nilai agama dan pesan moral yang kuat. Hal yang sama juga diakui L K Ara seorang sastrawan Aceh yang pada kesempatan itu juga sempat membacakan puisi yang berceritakan soal keindahan Pulau Belitong, yang merupakan kampung halaman si penulis Laskar Pelangi.
Momen bedah buku Laskar Pelangi ternyata tidak disia-siakan para peminat buku sastra yang sebagian besarnya adalah para pelajar dan mahasiswa. Mereka pun tampak antri menunggu Andrea membubuhi tanda tangannya pada buku yang mereka beli.
Bagi Adrea, novel Laskar Pelangi telah banyak menginspirasikannya tentang sebuah kehidupan. Sejak Laskar Pelangi terbit 2005 membuat ia kerap diundang ke berbagai forum di tingkat lokal maupun internasional.
“Sudah 140 lebih forum yang saya ikut hanya untuk membedah isi dari buku Laskar Pelangi,” ujarnya.
Meskipun begitu Andrea masih merasa belum cukup hanya untuk sebuah kesuksesan Laskar Pelangi versi cetak. Rencananya Novel Laskar Pelangi juga akan dirilis dalam bentuk film.
“Pada awal Maret 2008 syuting akan dimulai. Kemungkinan pada akhir November sudah kelar,” katanya.
Untuk kesibukan yang baru itu, Andrea sudah mengajukan cuti pada perusahaan tempatnya bekerja, PT Telkom Bandung.
“Cuti ini harus saya ambil. Selain untuk syuting, karena ibu saya juga masih sakit dan butuh perhatian,” katanya.
Lantas, apakah film Laskar Pelangi garapan sutradara Riri Riza itu akan selaris versi cetak?
“Yang penting bagi saya menulis itu mengisi diri sendiri. Jangan pernah untuk terpikir laku atau tidak laku,” pungkas Andrea. (*)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selingkuh, Pejabat dan Istri Simpanan

Gie, Dona Dona dan Aku