Cerita di Balik Panggung Audisi KDI 5 di Aceh

Ingin Mengubah Nasib Setelah Dua Kali Gagal di Medan

Tampil meyakinkan menjadi keharusan. Namun tidak sedikit para kontestan justru mengaku tidak percaya diri saat diuji juri. Ada pula peserta yang khawatir lupa dengan teks lagu pilihan mereka sendiri. Bagaimana itu bisa terjadi?

ANSARI HASYIM, Banda Aceh

SEJAK kecil lelaki itu sudah bercita-cita menjadi penyanyi dangdut. Impian itu pula yang telah membawanya keluar masuk arena KDI III dan IV yang digelar di Medan.
"Saat itu saya gagal dan sekarang saya mau coba lagi. Mungkin nasib bisa berubah," katanya penuh harap.

Jasmuni, 25, terlahir dari keluarga kurang mampu di sebuah desa di Aceh Selatan. Ia hanya mampu mengenyam pendidikan SMU Paket C. Sejak kecil lelaki yang kerap di sapa Jas ini sudah hobi menyanyi dan akrab dengan kehidupan musik dangdut.
Di desa kelahirannya, Jas juga sempat menjadi penyanyi panggung hiburan dengan iringan musik organ tunggal (keyboard). Suatu kali ia pernah meraih juara tiga (2004) dalam festival musik dangdut di Banda Aceh.

Bakat menyanyi itu kemudian berubah menjadi sebuah harapan dan cita-cita yang sekarang dia impikan melalui keikutsertaannya dalam audisi KDI 5. Dengan berbekal uang Rp 150 ribu, Jas bergegas berangkat dari Aceh Selatan menuju Banda Aceh untuk mendaftarkan namanya.

"Saya ingin mengubah nasib. Siapa tahu bisa terpilih seperti Adi KDI," kata Jas. Di Banda Aceh, ia mengaku tinggal menumpang di rumah kos temanya. Tidak seperti peserta kebanyakan yang tampil bersahaja dengan dandanan terkesan rapi, lelaki ini terlihat sederhana.
Ia hanya mengenakan kemeja biru dipadu celana jins dan sepatu kulit tanpa ada polesan make-up. Tangannya memegang sebuah map berisi biodata dan formulir pendaftaran. Peluh tampak mengalir di wajahnya karena siang itu udara terasa panas. "Kalau ini untuk persiapan saja. Soalnya hari ini panas sekali, gerah," katanya seraya memperlihatkan sebotol air mineral dalam kantong plastik di tangannya. Bagi Jas, audisi KDI 5 yang digelar 9-11 Maret bukan yang pertama.

Ini adalah kesempatan ketiga yang pernah diikutinya setelah ia gagal masuk 50 besar pada audisi KDI III dan IV di Medan. Soal kegagalan itu, Jas punya cerita. Seperti peserta lain, pria ini juga melakukan persiapan agar dapat tampil maksimal.

Tapi saat audisi justru yang terjadi sebaliknya. Selain berhadapan dengan dewan juri, peserta juga kerap menemui masalah.
Dari merasa tidak percaya diri, gugup hingga kelupaan teks lagu. Ini pula yang dialami Jas saat berhadapan dengan juri pada audisi KDI IV di Medan. Padahal Jas merasa sudah tampil maksimal dengan membawa dua lagi pilihannya. Saat itu, seorang juri yang memintanya menyanyikan lagu berjudul "Kopi Dangdut" Jas merasa tidak hafal dengan lagu yang pernah melejit di era 90-an itu lewat suara penyanyi Fahmi Shahab.
Karena terdesak akhirnya ia memenuhi keinginan juri walau dengan suara terbata-bata dan diliputi rasa grogi.

"Saya hanya menyanyikannya satu bait saja, tapi seterusnya tidak bisa lagi. Lalu saya tawarkan kepada juri untuk menyanyikan lagu "Pasrah". Tapi juri tidak jawab dan langsung mengeluarkan bed “No" tanda ditolak. Setelah itu saya terus kalah," cerita Jas.
Pengalaman kegagalannya dengan lagu "Kopi Dangdut" ternyata tidak menyurutkan niat Jas untuk kembali ke arena pertarungan pada KDI V. Kali ini, Jas mengaku berusaha akan tampil lebih maksimal. Tapi saat ditanya, lagu apa yang akan dipilihnya pada audisi kali ini, lelaki ini sedikit bingung walau ada dua lagu andalan yang menjadi pilihannya. Seperti; lagu berjudul

"Mahal" yang dipopulerkan penyanyi Meggy Z dan "Dia Lelaki, Aku Lelaki" yang disuarakan Imam S Arifin.
Kalau ia memilih lagu "Mahal", maka Jas harus punya persiapan lebih matang karena nadanya terlalu tinggi. Sebab itu, ia sempat merasa bingung sesaat sebelum namanya dipanggil. Tapi masalah itu akhirnya terpecahkan.

"Kawan saya baru saja balas SMS-nya. Dia minta saya menyanyikan lagu, Dia Lelaki, Aku Lelaki. Katanya, lagu itu cocok dengan suara saya," kata Jas seraya memperlihatkan balasan pesan singkat dari seorang temanya.

Pengalaman Jas agak berbeda dengan Ratna Dewi, 17. Gadis yang masih duduk di bangku SMUN I Indra Makmu, Aceh Timur ini ditemani ibunya, Yusniar, 37. "Kami tiba jam tujuh pagi dan langsung ambil formulirnya di Radio TOSS. Hampir saja tidak bisa ikut," kata Yusniar. Keikutsertaan Dewi dalam KDI V ini memang mendapat dukungan sepenuhnya dari orang tua.
Menyanyikan lagu dangdut bagi Dewi bukan hal canggung lagi. Selain pernah menjadi pernah menjadi peserta dalam beberapa festival lagu Aceh, gadis ini juga hobi menyanyi. Meskipun begitu dewi mengaku tidak dapat menyembunyikan rasa gugup sesaat akan menjalani audisi.

"Rasa deg-degan itu pasti ada. Sebab ini pengalaman pertama saya," katanya. Untuk audisi dalam KDI V itu, Dewi akan menampilkan lagu "Terlena" yang populerkan lewat penyanyi Ikke Nurjannah. Berbeda dengan peserta lain, penampilan dan gaya Dewi begitu klop bak seorang penyanyi dangdut.

Wajahnya diolesi bedak agak tebal dengan lipstik merah menghiasi bibir dibalut gaun hitam yang pada bagian bahu yang kelihatan transparan. Dewi tidak merasa tidak risih dengan penampilan itu. Toh, dia tidak sendiri. Beberapa kontestan lain juga berdandan sama. Bagi Eka, 20, audisi KDI 5 memiliki kesan tersendiri.

Tapi saat ditemui di depan pintu kamar tempat audisi berlangsung, Eka mengaku sedikit grogi dengan hati berdebar. Ia menceritakan, keikutsertaannya dalam seleksi tahap awal bintang KDI 5 itu hanya sebuah kebetulan.
Eka tercatat sebagai mahasiswa Universitas Trisakti Jakarta Jurusan Pariwisata dan sekarang sedang menjalani Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Maskapai Penerbangan Garuda Air Ways.

“Pas liat ada pengumuman, saya langsung tertarik untuk ikut. Apalagi suara saya memang agak klop dengan lagu dangdut,” tutur mahasiswa semester VI itu. Pada audisi itu Eka rencananya akan membawakan lagi berjudul “Terguncang” yang melejit lewat suara Yunita Ababil. Kenapa harus pilih lagu itu?

“Yah mungkin biar cocok dengan kondisi Aceh lah. Sekarang kan Aceh lagi banyak guncangan,” katanya lantas tertawa. Pada audisi itu, Eka memegang nomor urut E1 110. “Pokoknya ikut saja dulu. Soal terpilih atau tidak itu soal lain,” katanya. Kalau Eka yang berdebar hatinya sebelum menjalani audisi, lain halnya dengan Vera Penanda Rosi, 19. Mahasiswa Akademi Kebidanan ini justru mengaku lebih grogi lagi bahkan sampai tidak Pede alias tidak percaya diri.

“Wah beda sekali. Tadi sempat grogi, tidak pede, soalnya kita tu langsung diliat sama dewan juri,” kata Vera beberapa saat setelah keluar dari arena audisi.
“Ini yang pertama kali saya ikut. Saya benar-benar gugup tadi. Sebelumnya nggak pernah,” tutur Aidil, 20, yang juga keluar bersamaan dengan Vera. Mahasiswa PGM IAIN Ar-Raniry ini mengaku sempat disuruh nyanyi oleh dewan juri.

“Pas disuruh saya langsung bawa lagu Rembulan (ciptaan Mansyur S, red). Tapi tetap saja masih kurang Pede,” ujarnya Berbeda dengan Vera yang tidak punya pengalaman manggung, Aidil kerap tampil dalam acara hiburan yang diiringi musik tunggal.
Tapi saat audisi berlangsung tetap saja di luar dugaan. Ia masih grogi. Beberapa peserta lainnya mengaku, saking deg-degan, ada di antara mereka yang justru harus mengulang-ngulang teks atau naskah lagu karena takut kelupaan saat berada di depan dewan juri. Ini pula yang dialami Agustina.

Alumnus SMUN 2 Banda Aceh itu tampak tekun berlatih menjelang namanya dipanggil panitia. Sama halnya dengan Mira, 16. Siswa SMKN I ini mengaku tidak banyak melakukan persiapan..
”Waktu ambil formulirnya saja sudah terlambat. Jadi nggak sempat latihan lagi,” kata Mira yang mengaku menempatkan lagu berjudul Terajana sebagai lagu pilihannya pada audisi kemarin. Ajang KDI 5 yang digelar di Aceh ternyata begitu mendapat hati di kalangan remaja di Provinsi Serambi Mekkah itu.

Berbeda dengan daerah lain, penampilan para peserta pun terasa lebih khas. Terutama bagi peserta perempuan, mereka mengenakan jilbab. Proses seleksi pun berjalan lebih teratur dan mudah dikoordinir panitia meskipun jumlahnya mencapai 500 orang. Lima dari jumlah peserta akan keluar sebagai duta Provinsi Aceh untuk ikut bersaing dengan duta propinsi lain di Medan yang rencananya akan digelar pada 15 Maret.

“Untuk Aceh menempati provinsi paling banyak jumlah peserta di bandingkan provinsi lain di Indonesia,” kata Ridwan Usman, Promo Publicity Section Head TPI. Ridwan mengatakan, setidaknya ada beberapa kriteria yang dinilai dewan juri dalam audisi KDI 5. Seperti halnya, kualitas vokal, perbendaharaan lagu dangdut yang dikuasai peserta, penampilan dan warna vokal.

“Selain itu juga ada penilaian soal karakter vokal. Kalau mereka juga bisa nyanyi sambil main alat musik, itu akan menjadi nilai tambah bagi mereka,” tukasnya. (*)

Komentar

  1. bukan hanya sebagai kota audisi dengan jumlah peserta terbanyak, tetapi Aceh juga mengangkat nama Sumatera, di mana KDI 5 musim ini didominasi dengan 10 wakil Sumatera. banyak bukan?... nggak percaya? cari tahu aja! di sini.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selingkuh, Pejabat dan Istri Simpanan

Gie, Dona Dona dan Aku