Selamat Menempuh Hidup Baru, Sahabat
Pertengahan Oktober lalu, seorang sahabat saya resmi melepaskan masa lajangnya. Bagi saya, ini berita gembira sekaligus juga sedih. Kenapa? Karena kami dulu adalah dua sahabat yang sangat akrab sejak kecil. Saking akrabnya, kami sering dibawa main-main ke pantai oleh ayahnya pakai becak motor. Saya ingat di suatu sore yang beranjak gelap, kami mandi bersama di bibir pantai Ule Lheu, Banda Aceh.
Saat itu, badan kami dililitkan tali agar tidak terhanyut ke tengah laut. Sedangkan ayah sahabat saya itu hanya memegang ujung talinya saja sampai kami benar-benar aman. Seingat saya, pengalaman itu terjadi ketika kami berusia sekitar 5 tahun. Persahabatan itu kemudian terus terjalin sampai kami dewasa.
Hingga pada satu waktu ketika kami sama-sama duduk dibangku SMP, kami berpisah. Sahabat saya memliih untuk menetap di Sabang usai menyelesaikan SMK di bidang kerajinan tangan sampai ia mendapat kontrak kerja dari Dekranas Kota Sabang, sehingga ia harus menetap di Sabang. Sementara saya tetap memilih di Banda Aceh menyelesaikan studi ke jenjang S1.
Sejak itu kami sudah jarang bertemu dan hanya sesekali waktu seperti idul fitri, kami kembali berkumpul melepaskan rasa rindu pada masa kecil dulu. Tapi pada pertegahan Oktober lalu, sahabat saya namanya Muhammadon ini pulang kampung. Kebetulan rumah saya dengan rumahnya saling berhadapan. Jadi setiap kali pulang ia selalu memberitahu saya. Kalau tidak saya yang datang ke rumahnya, dialah yang duluan datang ke rumah saya. Tapi saat kepulangannya kali ini saya menangkap ada sesuatu yang aneh.
Tau apa? Dia pulang tidak sendiri. Tapi sudah berdua dengan seorang gadis. Cantik lagi. Pas dan cocok dengan tipe lelaki seperti dia. Rupanya si cewek itu adalah gadis, calon pengantin yang akan dinikahinya. Kepulangan sahabat saya itu kemarin ternyata adalah agenda khusus. Yaitu memberitahu saya dan keluarga kalau dia mau menikah pada 15 Oktober.
Ow, bahagia sekaligus juga terharu! Nikah dan resepesinya akan dilangsungkan di Kota Sabang. Karena mengingat dia adalah sahabat saya waktu kecil, saya bersedia datang. Dan memang itu yang dia harapkan, setidaknya saya bisa mendampinginya saat hari spesial itu. Maka hari yang ditunggu pun sampai.
Tepat hari Jumat saya dan abang ipar sahabat saya itu berangkat menumpang kapal ferry menuju Sabang. Kami juga sempat foto bersama saat resepsi itu berlangsung (lihat foto-red). Acaranya dilangsungkan di rumah mempelai wanita. Lumayan mewah dan sangat bersahaja. Pada pagi Sabtu tadi, sahabat saya itu pulang ke Banda Aceh bersama istrinya. Saya menyempatkan diri pergi ke rumahnya. Kami pun saling bercengkrama dalam suasana yang hangat.
Banyak hal yang kami bicara, mulai dari pengalaman kami masa kecil dulu sampai menyingung-nyingung soal status saya yang masih single...hehehehe. Memang inilah nasib jadi jomblo. Sering kali jadi korban pembicaraan orang.
Selamat menempuh hidup baru sahabat, semoga sinar kebahagiaan tetap terpancar di antara mahligai yang telah Allah persatukan dalam hidup kalian, sampai anak cucu kelak....
Komentar
Posting Komentar