Night Party, Seks Sampai Dugem Bareng
PRIA gemulai itu menghentikan sepeda motor di depan sebuah kios kecil. Ia membeli empat susu segar kalengan. Bahunya memanggul tas kulit hitam. Rambutnya cepak memanjang ke atas dipadu celana hot pants memperlihatkan jelas kaki dan paha. Empat susu kaleng yang dibeli lelaki itu pesanan dari penghuni kamar hotel. Hal itu terekam jelas dari pembicaraannya lewat telepon saat berada di kios di seberang jalan hotel.
“Kamar berapa...? Ooo, iyaaa. Sebentar saya antar ke kamar..,” kata lelaki berperawakan kecil hitam itu saat berbicara dengan penghuni kamar.
Di kalangan komunitas night party, lelaki itu dikenal sebagai seorang mucikari alias penyedia wanita bispak (bisa pakai).
“Sama dia bisa pesan sesuai selera. Mau yang ABG juga ada, yang tua juga ada,” kata Dode Asmandi, lelaki yang kerap mangkal di sekitar hotel kepada Serambi, Rabu 18 Maret 2014.
Ketika lelaki itu muncul, jarum jam menunjukkan pukul 03.30 WIB dini hari, sesaat setelah night party atau ‘pesta malam’ di diskotik hotel itu baru saja usai.
Biasanya, setiap satu transaksi untuk pemakai wanita yang disediakannya, ia mendapat komisi. Boleh dikatakan ia memiliki beberapa ‘anak’ binaannya mengikuti selera pelanggan. Dode mengatakan, pria itu sudah dikenal luas di kalangan pria-pria kelas elite dan anak baru gede alias ABG bispak. Lewat jaringannya pelanggan dengan mudah mendapat cewek bispak sesuai selera.
ABG dugem
Malam itu, night party di hotel berkelas itu diikuti seratusan orang. Selain gelagat pria mucikari ini yang terlihat sibuk keluar masuk hotel, Serambi juga mendapati fenomena lain. Tampak puluhan cewek dan cowok ABG keluar dari ruang diskotik hotel itu. Mereka berbaur bersama pria dan wanita dewasa. “Kalau sudah keluar, tandanya acara night party-nya sudah selesai,” kata Dode.
Serambi memperkirakan anak-anak ABG ini berusia antara 16-24 tahun. Hampir rata-rata raut wajah mereka kelihatan lelah, mata picing, dan rambut basah bekas basuhan air.
Andi Sulistia (26), seorang mahasiswa yang ditemui Serambi menyebutkan, hampir setiap malam hotel berbintang itu menyediakan jadwal karaoke, night party, clubbing sampai suguhan musik disko dengan menampilkan disc jockey (DJ) ternama.
“Biasanya jam 12 malam mereka mulai masuk. Keluarnya nanti jam tiga malam,” kata Andi yang juga kerap menyaksikan ABG yang lunglai tak berdaya di bawah pengaruh minuman keras setelah night party usai.
“Mereka minum bersamaan. Ada yang muntah-muntah juga tak sadar diri, dibawa pulang teman-temannya. Kalau tak sanggup duduk di atas kereta, dipapah kawannya,” ujarnya.
Dijaga ketat
Setiap malam diperkirakan ada seratusan lelaki dan wanita berbaur dalam ruang diskotik yang dilengkapi bar. Saat Serambi menyambangi lokasi bar di lantai dasar hotel itu, mendapati dua petugas menjaga pintu masuk. Biasanya, akses masuk ke lobi hotel dapat dilewati melalui pintu ruang bawah hotel. Namun pada saat party night berlangsung, akses masuk ke lobi lewat pintu bawah diblokir petugas. Beberapa petugas juga tampak berjaga di luar pintu.
Serambi hanya dapat menjangkau di depan pintu masuk bar. Dari luar ruangan, tampak kelap-kelip lampu disko menghadirkan musik dengan bit yang kuat, cepat dan volume yang keras merangsang lekuk tubuh ABG ikut ‘shake n movin’ (berdisko) semalaman. Jika sudah dini hari, suara dentuman musik sayup-sayup terdengar sampai ke seberang jalan.
Party night telah menjadi program rutin hotel itu. Para penikmatnya tidak keberatan merogoh kocek seberapa pun demi membayar cover charge (tarif masuk) dan makanan yang mereka nikmati di tempat clubbing dengan harga selangit.
Pamandangan di luar ruangan bar juga tak kalah ‘seru’. Serambi mendapati lima remaja tanggung terkulai tak berdaya di atas lantai parkir ruang bawah hotel. Para remaja ABG ini terlihat mabuk berat sampai muntah. Di sebuah sudut lain, masih di ruang bawah tempat parkir hotel, terlihat pula dua cewek ABG. Dandanan mereka menor disapu make up tebal dengan bibir bergincu merah maron. Dua ABG sekira berusia 16 tahun ini tampak seksi dalam balutan tank top dan celana hot pants dikelilingi beberapa pria.
Amatan Serambi, mereka yang menikmati clubbing atau party night bukan hanya kalangan elite. Selain menggunakan sepeda motor, ada pula yang bermobil dengan beberapa wanita di dalamnya.
“Mereka ini ada yang berasal dari luar Aceh dan juga ada yang orang Aceh,” ujar Andi yang sesekali kerap ikut masuk ke ruang diskotik.
Sepertinya mereka yang ikut night party bukan lagi orang baru. Ini pula yang terlihat dari gelagat pengunjung yang sangat akrab dengan petugas hotel saat melintasi pos jaga. Serambi juga menelusuri beberapa tempat lainnya yang menjadi tempat mangkal wanita-wanita ABG bispak. Beberapa mereka justru baru muncul pada jelang tengah malam. Baik di kafe-kafe terbuka maupun tertutup di beberapa hotel ternama lainnya. Beberapa lokasi yang mudah ditemui di antaranya di kawasan Simpang Lima, Lueng Bata, dan beberapa kawasan di Jalan Dr Mr Moh Hasan.
Modus para wanita bispak ini menggaet pelanggan terbilang sederhana. Mereka cukup menunggu pelangggannya di tempat itu. Bila transaksi deal, kemudian tinggal memilih tempat yang aman untuk berkencan.(*)
“Kamar berapa...? Ooo, iyaaa. Sebentar saya antar ke kamar..,” kata lelaki berperawakan kecil hitam itu saat berbicara dengan penghuni kamar.
Di kalangan komunitas night party, lelaki itu dikenal sebagai seorang mucikari alias penyedia wanita bispak (bisa pakai).
“Sama dia bisa pesan sesuai selera. Mau yang ABG juga ada, yang tua juga ada,” kata Dode Asmandi, lelaki yang kerap mangkal di sekitar hotel kepada Serambi, Rabu 18 Maret 2014.
Ketika lelaki itu muncul, jarum jam menunjukkan pukul 03.30 WIB dini hari, sesaat setelah night party atau ‘pesta malam’ di diskotik hotel itu baru saja usai.
Biasanya, setiap satu transaksi untuk pemakai wanita yang disediakannya, ia mendapat komisi. Boleh dikatakan ia memiliki beberapa ‘anak’ binaannya mengikuti selera pelanggan. Dode mengatakan, pria itu sudah dikenal luas di kalangan pria-pria kelas elite dan anak baru gede alias ABG bispak. Lewat jaringannya pelanggan dengan mudah mendapat cewek bispak sesuai selera.
ABG dugem
Malam itu, night party di hotel berkelas itu diikuti seratusan orang. Selain gelagat pria mucikari ini yang terlihat sibuk keluar masuk hotel, Serambi juga mendapati fenomena lain. Tampak puluhan cewek dan cowok ABG keluar dari ruang diskotik hotel itu. Mereka berbaur bersama pria dan wanita dewasa. “Kalau sudah keluar, tandanya acara night party-nya sudah selesai,” kata Dode.
Serambi memperkirakan anak-anak ABG ini berusia antara 16-24 tahun. Hampir rata-rata raut wajah mereka kelihatan lelah, mata picing, dan rambut basah bekas basuhan air.
Andi Sulistia (26), seorang mahasiswa yang ditemui Serambi menyebutkan, hampir setiap malam hotel berbintang itu menyediakan jadwal karaoke, night party, clubbing sampai suguhan musik disko dengan menampilkan disc jockey (DJ) ternama.
“Biasanya jam 12 malam mereka mulai masuk. Keluarnya nanti jam tiga malam,” kata Andi yang juga kerap menyaksikan ABG yang lunglai tak berdaya di bawah pengaruh minuman keras setelah night party usai.
“Mereka minum bersamaan. Ada yang muntah-muntah juga tak sadar diri, dibawa pulang teman-temannya. Kalau tak sanggup duduk di atas kereta, dipapah kawannya,” ujarnya.
Dijaga ketat
Setiap malam diperkirakan ada seratusan lelaki dan wanita berbaur dalam ruang diskotik yang dilengkapi bar. Saat Serambi menyambangi lokasi bar di lantai dasar hotel itu, mendapati dua petugas menjaga pintu masuk. Biasanya, akses masuk ke lobi hotel dapat dilewati melalui pintu ruang bawah hotel. Namun pada saat party night berlangsung, akses masuk ke lobi lewat pintu bawah diblokir petugas. Beberapa petugas juga tampak berjaga di luar pintu.
Serambi hanya dapat menjangkau di depan pintu masuk bar. Dari luar ruangan, tampak kelap-kelip lampu disko menghadirkan musik dengan bit yang kuat, cepat dan volume yang keras merangsang lekuk tubuh ABG ikut ‘shake n movin’ (berdisko) semalaman. Jika sudah dini hari, suara dentuman musik sayup-sayup terdengar sampai ke seberang jalan.
Party night telah menjadi program rutin hotel itu. Para penikmatnya tidak keberatan merogoh kocek seberapa pun demi membayar cover charge (tarif masuk) dan makanan yang mereka nikmati di tempat clubbing dengan harga selangit.
Pamandangan di luar ruangan bar juga tak kalah ‘seru’. Serambi mendapati lima remaja tanggung terkulai tak berdaya di atas lantai parkir ruang bawah hotel. Para remaja ABG ini terlihat mabuk berat sampai muntah. Di sebuah sudut lain, masih di ruang bawah tempat parkir hotel, terlihat pula dua cewek ABG. Dandanan mereka menor disapu make up tebal dengan bibir bergincu merah maron. Dua ABG sekira berusia 16 tahun ini tampak seksi dalam balutan tank top dan celana hot pants dikelilingi beberapa pria.
Amatan Serambi, mereka yang menikmati clubbing atau party night bukan hanya kalangan elite. Selain menggunakan sepeda motor, ada pula yang bermobil dengan beberapa wanita di dalamnya.
“Mereka ini ada yang berasal dari luar Aceh dan juga ada yang orang Aceh,” ujar Andi yang sesekali kerap ikut masuk ke ruang diskotik.
Sepertinya mereka yang ikut night party bukan lagi orang baru. Ini pula yang terlihat dari gelagat pengunjung yang sangat akrab dengan petugas hotel saat melintasi pos jaga. Serambi juga menelusuri beberapa tempat lainnya yang menjadi tempat mangkal wanita-wanita ABG bispak. Beberapa mereka justru baru muncul pada jelang tengah malam. Baik di kafe-kafe terbuka maupun tertutup di beberapa hotel ternama lainnya. Beberapa lokasi yang mudah ditemui di antaranya di kawasan Simpang Lima, Lueng Bata, dan beberapa kawasan di Jalan Dr Mr Moh Hasan.
Modus para wanita bispak ini menggaet pelanggan terbilang sederhana. Mereka cukup menunggu pelangggannya di tempat itu. Bila transaksi deal, kemudian tinggal memilih tempat yang aman untuk berkencan.(*)
Komentar
Posting Komentar