Serempah, Kampung yang Hilang (2)
Serempah, Kampung yang Hilang (2)
* Tanah Amblas Kubur Ibu dan Anak
MUKMIN kelihatan lelah di bawah sengatan matahari. Di wajahnya
menempel butiran debu dengan kulit tampak lebam. Siang itu ia hanya
bisa duduk diam, menatap kawah raksasa di depannya yang terbentuk
setelah Desa Serempah, Kecamatan Ketol, Aceh Tengah ambruk ke dasar
bukit pascagempa 6,2 SR mengguncang Aceh Tengah dan Bener
Meriah, Selasa (2/7) lalu.
Bagi Mukmin kawah raksasa berdiameter 500 meter persegi dengan
kedalaman sekitar 100 meter itu menyimpan cerita yang tak bisa
dilupakan. Di dasar kawah itulah, ia menemukan ibunya, Nawani (35)
bersama adiknya, Rahdiko (1) tertimbun runtuhan tanah Desa Serempah.
"Waktu ditemukan ibu lagi menggendong adik," kata mahasiswa
Universitas Gajah Putih, Takengon itu.
Mukmin seolah masih tak percaya tragedi runtuhnya Desa Serampah telah merenggut kedua orang terdekat dalam hidupnya. Saat ditemui Serambi, Sabtu (6/7) lalu, ia baru saja mengangkut barang-barang yang tersisa di bekas rumahnya di desa berpenduduk 74 KK itu. "Bangunan depan rumah runtuh ke bawah. Bagian dapur saja yang tersisa. Sekarang tidak bisa ditempati lagi," ujarnya.
Saat gempa menguncang Mukmin sedang memperbaiki sepeda motor di Blang Mancung, Kecamatan Ketol. Setelah gempa berhenti ia pulang ke desa. Namun ia menemukan pemandangan mengerikan. Desa itu telah berubah menjadi kawah raksasa, belasan rumah warga termasuk rumahnya telah amblas. Harapan bisa bertemu ibu dan adik-adiknya sirna. "Hari itu juga saya turun ke bawah, dan menemukan ibu dan adik sudah tertimbun," katanya.
Menurut kesaksian warga runtuhnya Desa Serempah ke dasar bukit
berlangsung dramatis. Sebagian besar penduduk saat itu tengah
beraktivitas di sawah, kebun dan ladang. Tiba-tiba tanah Desa Serempah
bergoncang hebat. Suara gemuruh dari perut bumi terdengar jelas oleh warga. Pohon-pohon di atas perbukitan seperti 'menari-nari', disertai bunyi dentuman tanah amblas dan bangunan ambruk.
Sementara itu, pukul 14.37 WIB saat gempa terjadi, Marzuki (35), seorang warga setempat lainnya, yang berada tak jauh dari lokasi runtuhnya tanah Desa Serempah, hanya bisa tercengang melihat detik-detik detik-detik desai lenyap dari peta bumi. "Waktu mau runtuh terdengar suara gemuruh dan getaran hebat dari dalam tanah. Cuma dua menit berselang, semuanya sudah hancur lebur jatuh ke bawah," ujarnya.
Menyaksikan pemandangan itu, Marzuki lari menyelamatkan diri ke sawah
bersama istrinya Sufiati (25) dan seorang anaknya Misnawati (4).
Meski selamat dari musibah itu, namun Marzuki turut merasakan duka
mendalam. Ia kehilangan adik kandungnya, Nekmat (30). Lelaki ini
diduga masih tertimbun dalam tanah. Nekmat waktu itu terlihat tengah
memancing di sungai dekat tebing yang longsor. "Sampai sekarang dia tidak pulang lagi," katanya.
Korban meninggalkan seorang istri dan tiga anak. Marzuki masih
berharap dapat menemukan jasad adiknya itu. "Saya selalu menunggu di sini berharap dia bisa ditemukan," kata Marzuki yang terus mengikuti perkembangan tim Basarnas menyisir lokasi.
Hebatnya guncangan gempa disertai longsornya bukit di Serempah juga
dirasakan Sanen (50). Saat gempa terjadi ia berada di kebun. Namun
tiba-tiba tanah dari atas bukti runtuh dan menimbun setengah badannya.
Makin lama tanah bercampur lumpur itu makin tinggi hingga mencapai
mulutnya. Saat itu tanah terus berguguran dari dinding bukit akibat
getaran gempa.
Senen yang sudah ringkih berjuang sekuat tenaga membebaskan diri dari tanah yang menghimpit tubuhnya. Beruntung, akhirnya ia bisa keluar dan lepas dari maut. "Saya sudah tak ingat apa-apa lagi waktu itu. Yang terpikir saya ingin pulang melihat anak saya," ujarnya saat ditemui di Posko Pengungsian Kutagelime, Kecamatan Ketol, bersama 17 KK penduduk Desa Serempah lainnya, Minggu (7/7).
Tapi lelaki itu kini masih terus dirundung kesedihan. Anaknya, Sabri
(23) sampai saat ini belum ditemukan. Istri korban, Dewi Mariani (20) bersama anak semata wayang mereka, Sri Murni (1,7) ikut mengungsi ke posko. Padahal, pasangan ini baru lima hari merasakan tinggal di rumah sendiri di Desa Serempah. Namun kini, semuanya hanya tinggal mimpi. Selain kehilangan harta, tulang punggung keluarga kecil itu juga telah pergi untuk selamanya bersama tragedi runtuhnya Serempah di dasar bumi. "Saya berdoa dia bisa segera ditemukan," kata Dewi lirih sambil mengendong anaknya. (bersambung)
Komentar
Posting Komentar