Kisah Anak Pengidap Gizi Buruk
Kulit Terkelupas, Setiap Dua Jam Sekali Diberi Susu
ANSARI - BANDA ACEH
Matanya sesekali berkedip dan diiringi tangisan ketika seorang perawat memasukan cairan susu itu ke dalam lambungnya. Susu itu dialiri lewat tabung suntikan yang dihubungkan melalui selang yang terpasang di hidung balita itu. Kebiasaan itu sudah berlangsung sejak tujuh hari lalu saat anak keluarga miskin itu dirawat di ruang kesehatan anak Rumah Sakit Zainal Abidin, Banda Aceh.
Andra hingga kemarin belum bisa menerima makan secara normal. Setiap hari dia harus disonde atau menggunakan bantuan selang dari hidung agar asupan susu dapat masuk ke dalam tubuhnya. Saat wartawan koran ini datang tidak hanya Andra yang tergeletak lemah di atas bangsal di kamar Mikkey ruang perawatan anak RSUZA.
Ada empat bocah lainnya yang juga nasibnya nyaris sama dengan apa yang dialami bocah itu. Mereka adalah anak-anak pengidap gizi buruk.
"Kami sudah di sini sejak tujuh hari lalu," kata Suryati (38), ibu sang bocah itu.
Dibandingkan tiga bocah lainnya, kondisi Andra tergolong parah. Kulit di sekujur badan bocah itu terkelupas. Beberapa bagiannya mengalami iritasi. Bahkan sampai kelihatan merah. Terutama di selangkang paha. Sehari-hari tubuhnya diolesi bedak putih.
Tidak hanya itu, Andra juga mendapat suntikan ampisilin (sejenis antibotik) untuk mengurangi iritasi di kulit bocah itu. Ada beberapa perawat yang selalu datang setiap 12 jam sekali untuk menyuntikkan ampisilin itu ke tubuh Andra lewat selang infus yang masih terpasang di kaki kanannya. Selain, itu Andra juga harus disonde susu 50 cc setiap 2 jam sekali.
"Ini untuk menjaga agar makanan dalam tubuhnya tetap ada," kata seorang perawat. Sejak dirawat bocah itu ditemani ibunya dan dua wanita berusia sekitar 60 an tahun. Pada ketiga wanita itulah Andra menghabiskan hari-harinya dengan berbaring di bangsal.
"Kadang dia menangis kalau lagi sakit atau gatal. Tapi dalam beberapa hari ini sudah ada baikkan sedikit," kata Suryati.
Wanita asal Seulimum, Meunasah Baro, Aceh Besar ini tidak tahu persis tentang apa yang dialami Andra.
"Saya tahu kalau dokter bilang ini karena gizi buruk," katanya. Andra adalah anak kelima. Empat kakaknya yang lain yang justru tumbuh sehat. Hanya bocah itu yang mengidap gizi buruk.
Suryati menceritakan, awalnya Andra hanya mengalami gatal di kulitnya. Lalu berubah menjadi iritasi berat. Selama itu, tubuh Andra susut drastis hingga berat badannya sekarang mencapai 7 kilogram.
"Sebelum di rawat di sini, Andra memang sudah sakit duluan selama satu bulan. Saat itu kami olesi salep ke kulitnya dan memberi sirup," kata Suryati. Sejak dirawat, Suryati dengan setia menemani bocah itu.
Setiap hari ia menyempatkan diri untuk memberi air hangat kepada anaknya kendati hanya beberapa sendok yang masuk ke mulut. Suryati mengaku hanya bisa pasrah dengan kondisi yang dialaminya.
Beruntung, Andra masuk sebagai pasien yang mendapat jaminan Askeskin. "Tapi kalau tidak ada obatnya juga terpaksa harus kita beli diluar," kata Suryati.
Kasus bocah dengan gizi buruk ini ternyata juga di alami Nurjanah. Bocah berusia delapan tahun dengan berat badan 11 kilogram. Saat ditemui kondisi Nurjanah terlihat miris.
Nafasnya tersengal-sengal. Tubuhnya kurus. Sejumlah tulang iga kelihatan. Hanya saja Nurjanah masih sanggup berbicara. Namun ia tidak pernah bisa duduk apalagi berdiri tegak.
"Sejak dua tahun ini ia tidak bisa lagi jalan karena otot-ototnya sangat lemah," kata Lubidah, Ibu bocah itu. Hingga kemarin bocah itu masih harus mendapatkan asupan susu Formula 100 yang diberikan per dua jam sekali. Lubidah tidak pernah membayangkan bila Nurjannah bernasib tragis seperti itu.
Awalnya Nurjanah tumbuh sebagai bocah normal. Ia bisa berjalan dan bermain dengan teman-temannya. Namun tak disangka tiba-tiba tubuh bocah itu menyusut berlahan-lahan.
Hingga akhirnya, Nurjanah terkulai lemah dengan kondisi tubuhnya yang kurus. Kekurangan gizi persis dialami Nurjanah pada usia enam tahun. Sejak saat itu ia menghabiskan hari-harinya di tempat tidur.
"Selama dua tahun ini 24 jam di tidur saja. Tidak bisa bergerak apalagi berjalan," tuturnya. Kondisi itu membuat Nurjanah harus melupakan mimpi-mimpinya untuk bersekolah. Padahal, menurut ibunya, Nurjanah saat itu mau diantarkan masuk sekolah.
Hingga akhirnya serangan penyakit kurang gizi itu menderanya. Sejak dirawat 12 hari yang lalu, ia sudah menghabiskan 26 botol infus. Namun dari segi fisik, ia masih kelihatan lemah.
"Terus terang kami tidak banyak uang untuk membiaya semua pengobatan ini. Saya berharap ada orang yang membantu," tutur Lubidah.
Selain, Nurjanah, seorang bocah lainnya juga tampak berbaring di kamar itu. Namanya Darwis. Bocah ini juga mengidap penyakit gizi buruk. Ia berusia 22 bulan.
Bocah itu sudah dirawat empat hari yang lalu. Secara umum, kondisi yang dialami Darwis juga sama dengan Nurjanah. Hanya saja, Darwis kelihatan lebih parah. Sebab, selain kulitnya terkelupas, di beberapa bagian tubuhnya yang lain juga mengalami iritasi berat.
"Kalau tidur malam, ia sering menangsi karena kulitnya sering dempet dengan selimut," kata Saidatul Rahmi, kata ibu bocah itu.
Darwis juga masih mengalami diare sejak masuk rumah sakit. Sehari bisa lima kali buang air besar. Namun sejak dirawat kondisi bocah itu agak membaik.
"Diarenya sudah agak berhenti. Kalau dulu lebih dari lima kali," kata Rahmi (*)
ANSARI - BANDA ACEH
Matanya sesekali berkedip dan diiringi tangisan ketika seorang perawat memasukan cairan susu itu ke dalam lambungnya. Susu itu dialiri lewat tabung suntikan yang dihubungkan melalui selang yang terpasang di hidung balita itu. Kebiasaan itu sudah berlangsung sejak tujuh hari lalu saat anak keluarga miskin itu dirawat di ruang kesehatan anak Rumah Sakit Zainal Abidin, Banda Aceh.
Andra hingga kemarin belum bisa menerima makan secara normal. Setiap hari dia harus disonde atau menggunakan bantuan selang dari hidung agar asupan susu dapat masuk ke dalam tubuhnya. Saat wartawan koran ini datang tidak hanya Andra yang tergeletak lemah di atas bangsal di kamar Mikkey ruang perawatan anak RSUZA.
Ada empat bocah lainnya yang juga nasibnya nyaris sama dengan apa yang dialami bocah itu. Mereka adalah anak-anak pengidap gizi buruk.
"Kami sudah di sini sejak tujuh hari lalu," kata Suryati (38), ibu sang bocah itu.
Dibandingkan tiga bocah lainnya, kondisi Andra tergolong parah. Kulit di sekujur badan bocah itu terkelupas. Beberapa bagiannya mengalami iritasi. Bahkan sampai kelihatan merah. Terutama di selangkang paha. Sehari-hari tubuhnya diolesi bedak putih.
Tidak hanya itu, Andra juga mendapat suntikan ampisilin (sejenis antibotik) untuk mengurangi iritasi di kulit bocah itu. Ada beberapa perawat yang selalu datang setiap 12 jam sekali untuk menyuntikkan ampisilin itu ke tubuh Andra lewat selang infus yang masih terpasang di kaki kanannya. Selain, itu Andra juga harus disonde susu 50 cc setiap 2 jam sekali.
"Ini untuk menjaga agar makanan dalam tubuhnya tetap ada," kata seorang perawat. Sejak dirawat bocah itu ditemani ibunya dan dua wanita berusia sekitar 60 an tahun. Pada ketiga wanita itulah Andra menghabiskan hari-harinya dengan berbaring di bangsal.
"Kadang dia menangis kalau lagi sakit atau gatal. Tapi dalam beberapa hari ini sudah ada baikkan sedikit," kata Suryati.
Wanita asal Seulimum, Meunasah Baro, Aceh Besar ini tidak tahu persis tentang apa yang dialami Andra.
"Saya tahu kalau dokter bilang ini karena gizi buruk," katanya. Andra adalah anak kelima. Empat kakaknya yang lain yang justru tumbuh sehat. Hanya bocah itu yang mengidap gizi buruk.
Suryati menceritakan, awalnya Andra hanya mengalami gatal di kulitnya. Lalu berubah menjadi iritasi berat. Selama itu, tubuh Andra susut drastis hingga berat badannya sekarang mencapai 7 kilogram.
"Sebelum di rawat di sini, Andra memang sudah sakit duluan selama satu bulan. Saat itu kami olesi salep ke kulitnya dan memberi sirup," kata Suryati. Sejak dirawat, Suryati dengan setia menemani bocah itu.
Setiap hari ia menyempatkan diri untuk memberi air hangat kepada anaknya kendati hanya beberapa sendok yang masuk ke mulut. Suryati mengaku hanya bisa pasrah dengan kondisi yang dialaminya.
Beruntung, Andra masuk sebagai pasien yang mendapat jaminan Askeskin. "Tapi kalau tidak ada obatnya juga terpaksa harus kita beli diluar," kata Suryati.
Kasus bocah dengan gizi buruk ini ternyata juga di alami Nurjanah. Bocah berusia delapan tahun dengan berat badan 11 kilogram. Saat ditemui kondisi Nurjanah terlihat miris.
Nafasnya tersengal-sengal. Tubuhnya kurus. Sejumlah tulang iga kelihatan. Hanya saja Nurjanah masih sanggup berbicara. Namun ia tidak pernah bisa duduk apalagi berdiri tegak.
"Sejak dua tahun ini ia tidak bisa lagi jalan karena otot-ototnya sangat lemah," kata Lubidah, Ibu bocah itu. Hingga kemarin bocah itu masih harus mendapatkan asupan susu Formula 100 yang diberikan per dua jam sekali. Lubidah tidak pernah membayangkan bila Nurjannah bernasib tragis seperti itu.
Awalnya Nurjanah tumbuh sebagai bocah normal. Ia bisa berjalan dan bermain dengan teman-temannya. Namun tak disangka tiba-tiba tubuh bocah itu menyusut berlahan-lahan.
Hingga akhirnya, Nurjanah terkulai lemah dengan kondisi tubuhnya yang kurus. Kekurangan gizi persis dialami Nurjanah pada usia enam tahun. Sejak saat itu ia menghabiskan hari-harinya di tempat tidur.
"Selama dua tahun ini 24 jam di tidur saja. Tidak bisa bergerak apalagi berjalan," tuturnya. Kondisi itu membuat Nurjanah harus melupakan mimpi-mimpinya untuk bersekolah. Padahal, menurut ibunya, Nurjanah saat itu mau diantarkan masuk sekolah.
Hingga akhirnya serangan penyakit kurang gizi itu menderanya. Sejak dirawat 12 hari yang lalu, ia sudah menghabiskan 26 botol infus. Namun dari segi fisik, ia masih kelihatan lemah.
"Terus terang kami tidak banyak uang untuk membiaya semua pengobatan ini. Saya berharap ada orang yang membantu," tutur Lubidah.
Selain, Nurjanah, seorang bocah lainnya juga tampak berbaring di kamar itu. Namanya Darwis. Bocah ini juga mengidap penyakit gizi buruk. Ia berusia 22 bulan.
Bocah itu sudah dirawat empat hari yang lalu. Secara umum, kondisi yang dialami Darwis juga sama dengan Nurjanah. Hanya saja, Darwis kelihatan lebih parah. Sebab, selain kulitnya terkelupas, di beberapa bagian tubuhnya yang lain juga mengalami iritasi berat.
"Kalau tidur malam, ia sering menangsi karena kulitnya sering dempet dengan selimut," kata Saidatul Rahmi, kata ibu bocah itu.
Darwis juga masih mengalami diare sejak masuk rumah sakit. Sehari bisa lima kali buang air besar. Namun sejak dirawat kondisi bocah itu agak membaik.
"Diarenya sudah agak berhenti. Kalau dulu lebih dari lima kali," kata Rahmi (*)
تعليقات
إرسال تعليق