Sang Penyuka Cola dari Tanjong Bungong
MATANYA menatap nanar. Sesekali ia melihat ke arah jendela pesawat. Di kabin pesawat, ia menempati seat (kursi) 1A. Di sebelahnya, duduk seorang pria setengah baya. Suara mesin pesawat yang membawa mereka terus menderu. Burung besi itu membelah awan di tengah cuaca cerah. Di atas ketinggian ribuan kaki, pesawat Firefly ATR 72-500 buatan Perancis itu mulai melintasi hamparan laut luas. Sekali lagi ia memalingkan wajahnya ke jendela pesawat. "Peu katrok u Aceh. (Apa sudah sampai di Aceh?)" ia bertanya kepada Malik Mahmud, pria yang duduk di sebelahnya. Lelaki yang bertanya itu adalah Dr Tgk Hasan Mumammad Ditiro, satu dari penumpang pesawat Firefly yang sedang dalam pernerbangan menuju Aceh. Tiro melemparkan pertanyaan itu kepada Malik Mahmud, ketika pesawat yang mereka tumpangi melintasi Selat Malaka. Dalam likur sejarah Aceh, Selat Malaka dikenal sebagai kawasan perairan yang sangat strategis. Ini karena, lokasi pelabuhan (bandar) Kerajaan Aceh dulunya tidak jauh dari Selat M