Edelweis

Rinai hujan menyentak dinginnya malam ketika suara-suara nyayian pilu itu sudah tak lagi bergelayut. Di sini aku menunggu. Di sini aku mencoba memaknai apa yang ada di benakmu. Entahkah itu rasa dendam, benci atau hanya sekedar romantika dua tahun lalu. Ketika pada senja di bawah temaramnya berwarna keemasan itu, kau berbisik; "Aku mencitaimu". Kini seja itu kembali hadir di ruang hati mu. Tapi ia tak lagi menyapaku dengan kata-kata indah seperti pada senja dua tahun itu aku mendengarnya darimu. Kini aku terhempas. Minggu malam 29 Juni 23.15.

Pulang larut malam sudah sejak lama aku rasakan. Tapi itulah kenyataannya. Ketika empat tahun lalu aku menggeluti dunia kewartawanan. Hari-hari praktis aku habiskan di lapangan. Mewawancari sumber dengan beragam karakter dan berbagai lapisan strata sosial, dan akhirnya mentok di depan komputer. Itu terus terjadi selama empat tahun itu. Selama itu aku merasakan banyak terjadi perubahan. Dari cara berpikir, kehidupan pribadi, keluarga dan masa depan pendidikanku yang sekarang masih di dalam tahap akhir menyelesaikan skripsi. Aku merasa bersyukur. Bisa membiayai segala keperluan sehari-hari. Bahkan aku memang patut harus bersyukur dengan apa yang aku rasakan sekarang lebih baik dari sebelumnya. Walau aku sangat sulit untuk membandingkan seperti apa kondisi aku dan keluarga kami dalam kurun waktu delapan atau empat tahun lalu. Kuakui aku merasa bahagia bisa memberi sedikit dari hasi keringatku untuk ibu, bapak dan menyekolahkan adikku. Itulah satu nilai yang tidak dapat tergantikan. Tapi s

Lelah seharian di warnet. hanya buat ngedit blog. Semoga tak sia-sia. Minggu 28 Juni 2009

<

It still has not hit me. It feels so strange. Michael Jackson is dead. He was only 50 years old, a milestone age. He just celebrated the 25th anniversary of "Thriller," the best-selling album of all time, and re-released it in February. He was scheduled to start his show run in London in a few weeks. Maybe Michael's career had reached its peak, but I was not convinced that he was done with music. When he turned 50 last August, I did a series of interviews with radio stations. All of the DJs asked me if I thought Michael Jackson could make a comeback. They wanted to know if he could get past the controversies that dominated his news coverage over the last 10-plus years. My answer was a matter-of-fact "yes." People often underestimate the power of music, and the effect that it has on us. We sometimes forget how a great song with a feel-good message lifts us up, and makes us smile and remember the place we had the most fun dancing to it and with whom. Michael Jack

Oh wahai engkau yang berbalut sutera laksana cinderella berteduhlah di bawah rindangnya pohon-pohon asmara, rasakan manisnya kehidupan di setiap tangkainya. Ia akan membawamu ke singgasana para raja-raja pecinta. Oh kepada engkau yang berbalut sutera laksana cinderella, betapa kau akan merasa hebatnya cinta. Ia takkan pernah bersemi dan datang di antara ruang-ruang hatimu yang menafikan kejujuran. Karena pada hakikatnya cinta adalah buah dari kejujuran itu untuk saling memberi dan menerima..(BA, 24 Juni 2009)

The Iranian government has often accused the West of interfering in its politics . The United States has been cast as the Great Satan and there has been no shortage of anti-Israeli rhetoric coming from Iran's leaders. Protestors in Iran hold up placards stating (l-r) "BBC Persian is against the government of the people" and "Close down the British Embassy and close down the BBC" Some do not see a distinction between the British government and the BBC However, in recent days, the authorities have been focussing particular attention on Britain. Last Friday, Iran's supreme leader Ayatollah Khamenei called Britain the most "evil" of the "hungry wolves in ambush" on Iran. The Iranian government has expelled two British diplomats and the British have responded by expelling two Iranians. Nanzanin Ansari is the diplomatic correspondent for the London-based Farsi language weekly newspaper, Kayhan. The World Today's Max Pearson asked her why

Kalaulah dia sekuntum bunga, akan kuhisap sarinya dalam-dalam. tapi aku bukanlah lebah, aku hanya manusia biasa yang hanya bisa memetiknya, sekeder untuk mencium harum baunya.

Kahlil Gibran lahir pada tanggal 6 Januari 1883 di Beshari, Lebanon. Beshari sendiri merupakan daerah yang kerap disinggahi badai, gempa serta petir. Tak heran bila sejak kecil, mata Gibran sudah terbiasa menangkap fenomena-fenomena alam tersebut. Inilah yang nantinya banyak mempengaruhi tulisan-tulisannya tentang alam. Pada usia 10 tahun, bersama ibu dan kedua adik perempuannya, Gibran pindah ke Boston, Amerika Serikat. Tak heran bila kemudian Gibran kecil mengalami kejutan budaya, seperti yang banyak dialami oleh para imigran lain yang berhamburan datang ke Amerika Serikat pada akhir abad ke-19. Keceriaan Gibran di bangku sekolah umum di Boston, diisi dengan masa akulturasinya maka bahasa dan gayanya dibentuk oleh corak kehidupan Amerika. Namun, proses Amerikanisasi Gibran hanya berlangsung selama tiga tahun karena setelah itu dia kembali ke Bairut, di mana dia belajar di Madrasah Al-Hikmat (School of Wisdom) sejak tahun 1898 sampai 1901. Selama awal masa remaja, visinya tentang tana