Reportase (2)
Menjelajahi seisi ruang USNS Mercy tidaklah mudah. Jika ceroboh kita akan tersesat. Tour di dalam kapal rumah sakit ini ternyata sangat mengasyikan;
Melihat Lebih Dekat Misi USNS Mercy di Perairan Ulee Lheu (2)
Dalam 10 Menit Penyakit Pasien Dapat Terdeteksi
Menjelajahi seisi ruang USNS Mercy tidaklah mudah. Jika ceroboh kita akan tersesat. Tour di dalam kapal rumah sakit ini ternyata sangat mengasyikan;
PERWIRA Angkatan Laut Amerika itu menyalami satu per satu para wartawan sesaat akan memasuki lambung USNS Mercy yang lego jangkar di perairan Ulee Lheue, Banda Aceh sejak Minggu 23 Juli lalu. "Wellcome to USNS Mercy," kata Dony Bray, Leading Chief United State Navy Ship (USNS) Mercy dengan senyum sumringah.
Seorang marinir lalu membagikan ID Card bertuliskan 'Visitor' kepada wartawan sebelum masuk ke lambung kapal yang memiliki sembilan lantai dengan luas 894 kaki itu."Kepada rekan-rekan diharapkan tidak memisahkan diri dari rombongan," ujar Mary Elizabeth Polly, Public Affair Officer pada Kedutaan AS di Surabaya.
Permintaan itu sebelumnya telah disampaikan Marry saat sesi arahan kepada rombongan wartawan yang berjumlah 20 orang dari berbagai media, sekitar 20 menit lalu. Warning itu sengaja disampaikan, bukan hanya oleh wanita bule itu, tapi juga oleh awak kapal USNS Mercy.
Mereka tidak menghendaki ada wartawan yang tersesat dalam lambung kapal, karena kecerobohanya tidak mengikuti aturan. "Kalau tanpa ada seorang awak kapal yang memandu bisa-bisa Anda akan tersesat," jelas Bray.
Semua daftar nama rombongan dicek persatu. Semua wartawan tampaknya bisa memahami itu. Maklum saja, beberapa wartawan ada yang baru pertama kali menjejakkan kaki mereka ke kapal Rumah Sakit Terapung milik Angkatan Laut AS itu. Beberapa lainnya, kunjungan tersebut merupakan pangalaman kedua mereka.
Setelah beres semua, Bray berjalan di baris paling depan di ikuti beberapa anggota marinir kemudian disusul rombongan para wartawan. Tour keliling lambung kapal dimulai. Flight Deck, sebuah fasilitas pendaratan heli yang ada di kapal itu menjadi tujuan pertama kegiatan kunjungan kali ini.
Tapi, untuk mencapainya cukup menguras energi. Karena Flight Deck berada pada bagian paling atas area kapal (top level). Untuk menuju ke sana, siapa saja harus melewati tujuh lapis ruangan dengan berjalan kaki. Ada juga fasilitas lift. Namun, daya tampungnya sangat terbatas. Cukup melelahkan memang.
Berada di USSN Mercy juga sangat menyenangkan. Setidaknya, ini adalah kesempatan yang sangat berharga bisa melihat langsung suasana dalam ruangan kapal yang menghebohkan penduduk Aceh itu, sewaktu Mercy partama kali terlihat pada 4 Januari 2004 lalu di perairan Aceh dalam misi membantu para korban tsunami.
Karena statusnya sebagai kapal rumah sakit, maka hampir di setiap dinding ruangan terlihat sejumlah peralatan evakuasi korban. Semisal tandu, dan sekat-sekat kamar khsusus dengan tulisan jelas di setiap bagian atas pintu masuk.
Di bagian Fligh Deck, terdapat beberapa fasilitas penting kapal. Seperti segala hal berkaitan dengan sistem navigasi dilakukan di sini, dalam sebuah ruang tertutup yang didesain khsusus. Dengan sistem navigasi yang canggih itu, awak kapal dapat mengetahui dimana posisi USNS Mercy berada sekaligus memonitor lalulintas penerbangan (take off) dan pendaratan (landing) sejumlah helikopter.
Ketika bencana tsunami melanda Aceh, peran Fligh Deck sangat menentukan. Di landasan ini para pasien korban tsunami didaratkan para awak heli untuk selanjutnya dievakuasi ke ruang perawatan yang berada dalam lambung kapal.
Flight Deck utama sekali dipakai untuk kondisi darurat jika korban tidak memungkinkan menjalani evakuai melalui jalur laut. Selain ada helikopter HC-25, sejenis Sea Hawk, Mercy juga memiliki sejumah kapal motor dan speed boat dengan daya jelajah tinggi. Umumnya kapal motor ini dipakai untuk mengevakuasi korban melalui jalur laut.
Di Top Level ini juga ada fasilitas teropong dengan kemampuan jangkauannya yang sangat handal untuk memantau berbagai perkembangan di darat. Meskipun statusnya kapal rumah sakit, Mercy juga dilengkapi dengan beberapa paralatan persenjataan berat yang dipasang pada sisi kanan dan kiri kapal dan setiap saat mendapat pantauan dari dua orang personil Angkatan Laut wanita.
Setelah di sini, rombongan kemudian beralih tempat. Semua wartawan mengikuti saja arahan Bray yang menjadi pemandu. Bray adalah sosok yang sangat familiar.
Dia tidak segan menjelaskan apa saja yang ingin diketahui para wartawan. Kadang Mary dan Gini Adityawati, rekan sekerja Mary menjelaskan kembali mengenai apa saja yang dikatakan Bray yang belum dipahami wartawan.
Kali ini rombongan berada di ruangan Crew and LTD Care Patient Mess. Di sini banyak sekali awak kapal. Wartawan sempat kaget karena suasana dalam ruang persis seperti sebuah acara perayaan pesta. Di ruang ini juga tersedia sebuah layar monitor yang berfungsi untuk memberi sesuatu penjelasan bagi awak kapal. Juga ada persediaan makanan yang boleh diambil kapan suka.
Diantara seratuan personil angkatan laut AS, terdapat sejumlah anggota TNI yang selama tiga pekan menjalani berbagai program pelatihan dari awak USNS Mercy. Mereka berbaur dengan suasana penuh keakraban. Selain Bray, para wartawan juga mendapat penjelasan mengenai berbagai informasi tentang Mercy dari Captain Bradley D Martin.
Komandan Pasukan Amphibi 7 Angkatan Laut AS ini menjelaskan beberapa alur proses evakuasi pasien yang didatangkan dari darat untuk kemudian mendapatkan perawatan di USNS Mercy. Dia menjelaskan skema sederhananya. Bila menggunakan evakuasi jalur udara, pertama-tama pasien di daratkan landasan Flight Deck. Kemudian masuk ruang Casualty Reception.
"Dari sini kemudian pasien didata sebelum menjalani pemeriksaan terkait dengan kondisi yang mereka alami," kata perwira yang pernah bertugas di kapal USS Midway (CV41) yang berpangkalan di Yokosuka, Jepang ini.
Setelah itu ada kalanya pasien diperiksa secara seksama mengenai jenis penyakit atau keluhan apa yang mereka alami melalui sebuah proses scanning di ruang Radiologi. Pada ruang Radiologi ini ada sebuah alat yang disebut CT Scan. Alat ini mampu mendeteksi setiap penyakit dalam waktu yang relatif singkat. Cara menggunakan alat ini, pasien ditidurkan terlentang kemudian disorong ke dalam.
"Butuh waktu 10 menit untuk mengirimkan hasil gambar dari proses scanning ini ke bagian radiologi," jelas Wells, seorang para medis di ruang itu. Sejak digunakan 3 tahun lalu CT Scan ini telah menscan 200 orang pasien. "Kehebatan dari alat ini, dokter dapat langsung mengdiagnosa apa saja jenis penyakit pasien," katanya.
Mendoza, seorang para medis lainya mengatakan, di ruang Radiologi ini semua perangkat di jalan menggunakan sistem ultra digital. “Tidak ada penggunaan bahan kimia apapun dalam proses ini,” kata Mendoza kepada para wartawan.
Bagian dari skema ini, juga terdapat ruang pemulihan pasien (recovery room). Ruang ini dihuni para pasien yang sudah memasuki dalam masa penyembuhan. Bagi mereka yang dinyatakan sudah membaik akan diantar kembali ke daerah asalnya menggunakan heli kopter.
Penanganan pasien ini hanya bagian terkecil dari yang kemampuan medis yang dimiliki USNS Mercy. Menurut beberapa catatan, Mercy juga didukung tim Showband.Tim yang terdiri dari 16 musisi Angkatan Laut ini telah melakukan tur ke berbagai tempat seperti Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Karibia.
Band ini memainkan musik pop klasik hingga jenis musik teranyar saat ini. Dengan senang hati para musisi ini menghibur semua kelompok dari anak-anak hingga orang dewasa. Untuk wilayah Asia, merupakan yang pertama kali dilakukan sejak kelompok band ini ditugaskan ke USNS Mercy.
Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan makan para awak kapal, Mercy mempunyai sebuah dapur terapung dengan para pekerja profesional. Para koki yang tergabung dalam Food Service Division ini mampu memberi makan kepada sedikitnya 2.500 orang awak kapal tiga kali sehari.
Di ruangan ini juga tersedia berbagai jenis makanan. Salah satu menu yang paling digemari, adalah sejenis udang rebus dengan cangkangnya yang besar.
Tur menjelajahi lambung kapal dengan segala keajaiban di dalamnya berakhir selama lima jam. Selanjutnya, Bray yang memandu rombongan membawa para wartawan ke Stagging Room. Dimana sekitar 40 pasien dari berbagai usia telah menunggu untuk menjalani pemeriksaan dokter.
“Selama dalam ruangan jangan membuka apapun yang tertutup. Dan yang paling penting, tolong jaga kondisi pasien dan kondisi psikologis mereka,” katanya mengingatkan. (*)
Melihat Lebih Dekat Misi USNS Mercy di Perairan Ulee Lheu (2)
Dalam 10 Menit Penyakit Pasien Dapat Terdeteksi
Menjelajahi seisi ruang USNS Mercy tidaklah mudah. Jika ceroboh kita akan tersesat. Tour di dalam kapal rumah sakit ini ternyata sangat mengasyikan;
PERWIRA Angkatan Laut Amerika itu menyalami satu per satu para wartawan sesaat akan memasuki lambung USNS Mercy yang lego jangkar di perairan Ulee Lheue, Banda Aceh sejak Minggu 23 Juli lalu. "Wellcome to USNS Mercy," kata Dony Bray, Leading Chief United State Navy Ship (USNS) Mercy dengan senyum sumringah.
Seorang marinir lalu membagikan ID Card bertuliskan 'Visitor' kepada wartawan sebelum masuk ke lambung kapal yang memiliki sembilan lantai dengan luas 894 kaki itu."Kepada rekan-rekan diharapkan tidak memisahkan diri dari rombongan," ujar Mary Elizabeth Polly, Public Affair Officer pada Kedutaan AS di Surabaya.
Permintaan itu sebelumnya telah disampaikan Marry saat sesi arahan kepada rombongan wartawan yang berjumlah 20 orang dari berbagai media, sekitar 20 menit lalu. Warning itu sengaja disampaikan, bukan hanya oleh wanita bule itu, tapi juga oleh awak kapal USNS Mercy.
Mereka tidak menghendaki ada wartawan yang tersesat dalam lambung kapal, karena kecerobohanya tidak mengikuti aturan. "Kalau tanpa ada seorang awak kapal yang memandu bisa-bisa Anda akan tersesat," jelas Bray.
Semua daftar nama rombongan dicek persatu. Semua wartawan tampaknya bisa memahami itu. Maklum saja, beberapa wartawan ada yang baru pertama kali menjejakkan kaki mereka ke kapal Rumah Sakit Terapung milik Angkatan Laut AS itu. Beberapa lainnya, kunjungan tersebut merupakan pangalaman kedua mereka.
Setelah beres semua, Bray berjalan di baris paling depan di ikuti beberapa anggota marinir kemudian disusul rombongan para wartawan. Tour keliling lambung kapal dimulai. Flight Deck, sebuah fasilitas pendaratan heli yang ada di kapal itu menjadi tujuan pertama kegiatan kunjungan kali ini.
Tapi, untuk mencapainya cukup menguras energi. Karena Flight Deck berada pada bagian paling atas area kapal (top level). Untuk menuju ke sana, siapa saja harus melewati tujuh lapis ruangan dengan berjalan kaki. Ada juga fasilitas lift. Namun, daya tampungnya sangat terbatas. Cukup melelahkan memang.
Berada di USSN Mercy juga sangat menyenangkan. Setidaknya, ini adalah kesempatan yang sangat berharga bisa melihat langsung suasana dalam ruangan kapal yang menghebohkan penduduk Aceh itu, sewaktu Mercy partama kali terlihat pada 4 Januari 2004 lalu di perairan Aceh dalam misi membantu para korban tsunami.
Karena statusnya sebagai kapal rumah sakit, maka hampir di setiap dinding ruangan terlihat sejumlah peralatan evakuasi korban. Semisal tandu, dan sekat-sekat kamar khsusus dengan tulisan jelas di setiap bagian atas pintu masuk.
Di bagian Fligh Deck, terdapat beberapa fasilitas penting kapal. Seperti segala hal berkaitan dengan sistem navigasi dilakukan di sini, dalam sebuah ruang tertutup yang didesain khsusus. Dengan sistem navigasi yang canggih itu, awak kapal dapat mengetahui dimana posisi USNS Mercy berada sekaligus memonitor lalulintas penerbangan (take off) dan pendaratan (landing) sejumlah helikopter.
Ketika bencana tsunami melanda Aceh, peran Fligh Deck sangat menentukan. Di landasan ini para pasien korban tsunami didaratkan para awak heli untuk selanjutnya dievakuasi ke ruang perawatan yang berada dalam lambung kapal.
Flight Deck utama sekali dipakai untuk kondisi darurat jika korban tidak memungkinkan menjalani evakuai melalui jalur laut. Selain ada helikopter HC-25, sejenis Sea Hawk, Mercy juga memiliki sejumah kapal motor dan speed boat dengan daya jelajah tinggi. Umumnya kapal motor ini dipakai untuk mengevakuasi korban melalui jalur laut.
Di Top Level ini juga ada fasilitas teropong dengan kemampuan jangkauannya yang sangat handal untuk memantau berbagai perkembangan di darat. Meskipun statusnya kapal rumah sakit, Mercy juga dilengkapi dengan beberapa paralatan persenjataan berat yang dipasang pada sisi kanan dan kiri kapal dan setiap saat mendapat pantauan dari dua orang personil Angkatan Laut wanita.
Setelah di sini, rombongan kemudian beralih tempat. Semua wartawan mengikuti saja arahan Bray yang menjadi pemandu. Bray adalah sosok yang sangat familiar.
Dia tidak segan menjelaskan apa saja yang ingin diketahui para wartawan. Kadang Mary dan Gini Adityawati, rekan sekerja Mary menjelaskan kembali mengenai apa saja yang dikatakan Bray yang belum dipahami wartawan.
Kali ini rombongan berada di ruangan Crew and LTD Care Patient Mess. Di sini banyak sekali awak kapal. Wartawan sempat kaget karena suasana dalam ruang persis seperti sebuah acara perayaan pesta. Di ruang ini juga tersedia sebuah layar monitor yang berfungsi untuk memberi sesuatu penjelasan bagi awak kapal. Juga ada persediaan makanan yang boleh diambil kapan suka.
Diantara seratuan personil angkatan laut AS, terdapat sejumlah anggota TNI yang selama tiga pekan menjalani berbagai program pelatihan dari awak USNS Mercy. Mereka berbaur dengan suasana penuh keakraban. Selain Bray, para wartawan juga mendapat penjelasan mengenai berbagai informasi tentang Mercy dari Captain Bradley D Martin.
Komandan Pasukan Amphibi 7 Angkatan Laut AS ini menjelaskan beberapa alur proses evakuasi pasien yang didatangkan dari darat untuk kemudian mendapatkan perawatan di USNS Mercy. Dia menjelaskan skema sederhananya. Bila menggunakan evakuasi jalur udara, pertama-tama pasien di daratkan landasan Flight Deck. Kemudian masuk ruang Casualty Reception.
"Dari sini kemudian pasien didata sebelum menjalani pemeriksaan terkait dengan kondisi yang mereka alami," kata perwira yang pernah bertugas di kapal USS Midway (CV41) yang berpangkalan di Yokosuka, Jepang ini.
Setelah itu ada kalanya pasien diperiksa secara seksama mengenai jenis penyakit atau keluhan apa yang mereka alami melalui sebuah proses scanning di ruang Radiologi. Pada ruang Radiologi ini ada sebuah alat yang disebut CT Scan. Alat ini mampu mendeteksi setiap penyakit dalam waktu yang relatif singkat. Cara menggunakan alat ini, pasien ditidurkan terlentang kemudian disorong ke dalam.
"Butuh waktu 10 menit untuk mengirimkan hasil gambar dari proses scanning ini ke bagian radiologi," jelas Wells, seorang para medis di ruang itu. Sejak digunakan 3 tahun lalu CT Scan ini telah menscan 200 orang pasien. "Kehebatan dari alat ini, dokter dapat langsung mengdiagnosa apa saja jenis penyakit pasien," katanya.
Mendoza, seorang para medis lainya mengatakan, di ruang Radiologi ini semua perangkat di jalan menggunakan sistem ultra digital. “Tidak ada penggunaan bahan kimia apapun dalam proses ini,” kata Mendoza kepada para wartawan.
Bagian dari skema ini, juga terdapat ruang pemulihan pasien (recovery room). Ruang ini dihuni para pasien yang sudah memasuki dalam masa penyembuhan. Bagi mereka yang dinyatakan sudah membaik akan diantar kembali ke daerah asalnya menggunakan heli kopter.
Penanganan pasien ini hanya bagian terkecil dari yang kemampuan medis yang dimiliki USNS Mercy. Menurut beberapa catatan, Mercy juga didukung tim Showband.Tim yang terdiri dari 16 musisi Angkatan Laut ini telah melakukan tur ke berbagai tempat seperti Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Karibia.
Band ini memainkan musik pop klasik hingga jenis musik teranyar saat ini. Dengan senang hati para musisi ini menghibur semua kelompok dari anak-anak hingga orang dewasa. Untuk wilayah Asia, merupakan yang pertama kali dilakukan sejak kelompok band ini ditugaskan ke USNS Mercy.
Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan makan para awak kapal, Mercy mempunyai sebuah dapur terapung dengan para pekerja profesional. Para koki yang tergabung dalam Food Service Division ini mampu memberi makan kepada sedikitnya 2.500 orang awak kapal tiga kali sehari.
Di ruangan ini juga tersedia berbagai jenis makanan. Salah satu menu yang paling digemari, adalah sejenis udang rebus dengan cangkangnya yang besar.
Tur menjelajahi lambung kapal dengan segala keajaiban di dalamnya berakhir selama lima jam. Selanjutnya, Bray yang memandu rombongan membawa para wartawan ke Stagging Room. Dimana sekitar 40 pasien dari berbagai usia telah menunggu untuk menjalani pemeriksaan dokter.
“Selama dalam ruangan jangan membuka apapun yang tertutup. Dan yang paling penting, tolong jaga kondisi pasien dan kondisi psikologis mereka,” katanya mengingatkan. (*)
تعليقات
إرسال تعليق