‘Gubernur Texas’ dan Sepiring Mi Telur (3- habis)
IRWANDI Yusuf memang beda dengan beberapa Gubernur Aceh periode sebelumnya. Ia termasuk tipe Gubernur yang bebas protokoler. Aturan protokoler hanya di atas kertas bawahannya, selebihnya ia menuruti bisikan hatinya.
Kalangan wartawan yang meliput perjalanan Irwandi keliling Aceh meninjau proyek APBA sempat melontarkan guyonan dengan menyebut Irwandi ‘Gubernur Texas’, karena sosoknya yang kerap mengabaikan protokoler, sulit ditebak keinginannya dan lihai dalam menyetir mobil.
“Kalau belum sampai di tempat, kita tidak pernah tahu apa keinginan Bapak. Beliau jarang bilang ketika mau pergi. Biarpun sudah sampai di bandara, kalau belum naik dalam pesawat, beliau bisa berubah pikiran membatalkan penerbangan,” kata seorang lelaki yang dekat dengan Irwandi kepada Serambi.
Tingkah Irwandi yang “aneh” ini bukan hanya isapan jempol. Ini pula yang terjadi saat ia akan melantik Bupati Aceh Singkil, 29 November lalu. Seperti halnya seorang Gubernur atau Presiden yang hanya duduk manis dalam mobil kenegaraan, Irwandi justru menyetir sendiri mobilnya dari Kota Subulussalam menuju Gedung DPRK Singkil.
Tidak ada balutan jas. Hanya kemeja putih dan dasi garis merah hitam yang dikenakannya. Irwandi baru memakai jasnya ketika sudah berada dalam gedung dewan sesaat akan acara pelantikan.
Sisi lain dari sosok Irwandi, ia punya kebiasaan menyinggahi warung pinggiran. Dalam perjalanan bersama wartawan di sela-sela meninjau proyek APBA, ada beberapa lokasi warung yang disinggahi orang nomor satu di Aceh itu. Bahkan di suatu sore di tengah guyuran hujan, Irwandi sempat menyinggahi sebuah warung di Lhok Guci, Kecamatan Pantai Cermen, Aceh Barat, hampir berada di tengah hutan.
Di warung berlantai tanah ini hanya ada meja dan kursi seadanya. Tiang penyangga terbuat dari batang bambu, beratapkan rumbia. Biasanya hanya didatangi para pekerja proyek.
Saini (46), perempuan pemilik warung itu kaget seketika, saat mengetahui hari itu yang datang adalah seorang Gubernur. Apalagi Irwandi minta dibuatkan sepiring mie instan campur telor. “Hana lon tupeue, meuse tateupe ken ka taseudia beulebeh bacut (Saya tidak tahu, kalau tahu yang datang Pak Gubernur kan bisa kita sedia lebih banyak),” ujarnya.
Hanya menunggu sekitar 15 menit, sepiring mie instan campur telor telah siap dan disajikan Saini ke depan Irwandi. Ia tampak melahap habis mie telur itu, sampai tak tersisa. Beberapa warga, termasuk Ketua TP2K APBA Taqwallah dan Ketua Tim Seuramo Irwandi Sofyan Dawood, setia menunggu Sang Gubernur menikmati mie telur buatan wanita desa itu.
Seusai menghabiskan satu sendok terakhir dan minum tiga teguk air mineral, Irwandi meminta tisu. Mungkin ia lupa, warung yang disinggahi itu hanyalah sebuah warung rakyat pedalaman yang tak pernah menyediakan tisu.
“Hana tisu Pak di sino (Nggak ada tisu di sini pak),” ujar Saini tersipu.
“Peu cit yang na (Apa juga yang ada),” tanya Irwandi.
“Hana sapeu Pak,” jawab Saini.
“Ooo... Beh ka, cok siat lam moto lon (Ooo.. Ya sudah, tolong ambil sebentar di mobil saya),” kata Irwandi kepada ajudannya.
Di warung itu, Irwandi juga disuguhi buah durian, pemberian warga. Dan, sebelum beranjak pergi, Saini didatangi Mahdi Olo. Pria yang dikenal orang kepercayaan Irwandi ini, membayar mie telur yang dimakan Irwandi dengan belasan lembar uang pecahan seratus ribu rupiah.
Di balik sikapnya yang terkesan cuek dan jauh dari kesan formal, ternyata Irwandi kerap terenyuh saat melihat kondisi rakyatnya yang miskin. Dalam beberapa kesempatan, Irwandi kerap memberikan bantuan spontan kepada warga yang ditemuinya. Begitulah sekelumit sisi lain dari sosok Sang ‘Gubernur Texas’ itu. (ansari)
تعليقات
إرسال تعليق