Serempah, Kampung yang Hilang (3-Habis)
Serempah, Kampung yang Hilang (3-Habis)
* Suara Peluit Isyarat Penemuan Korban
"Priiiittt... Priiiiittt... Priiiitt...," bunyi peluit dari dasar kawah. Agolo, Safety Officer Badan SAR Nasional (Basarnas) kaget dan bangun dari tempat duduknya. "Siapa itu, siapa yang tiup peluit?
Coba cari tahu, dan pastikan di mana posisi itu," katanya lewat Radio HT (handy talky) orange, warna khas Basarnas. Agolo tampak berdiri dengan posisi siaga. Matanya awas memandang ke dasar 'kawah jadian' dari atas ketinggian 100 meter. Selang beberapa detik kemudian bunyi peluit yang sama kembali terdengar dari arah longsoran
Desa Serempah, yang ambalas ke dasar bukit hingga membentuk kawah raksasa pasca gempa bumi 6,2 SR pada Selasa (2/7) pekan lalu. Bunyi itu terpancarkan dari reciver HT yang dipakai Tim Basarnas yang tengah mencari tujuh korban tertimbun runtuhan tanah Desa Serempah, Kecamatan Ketol, Aceh Tengah. "Ada bau mayat, ada belatung," suara dari dasar kawah yang jelas terdengar dari Radio HT beberapa petugas Basarnas yang berkumpul di pos pemantauan. Di pos ini, Agolo bersama beberapa relawan Basarnas lainnya mengendalikan dan memonitor pergerakan Tim SAR yang menyebar ke beberapa titik lokasi. Tugas mereka adalah mencari tujuh korban yang masih tertimbun di dasar kawah berdiameter sekitar 500 meter persegi di kedalaman 100 meter. Bunyi peluit dalam operasi Tim SAR mencari korban adalah tanda emergensi dan harus segera direspons. Biasanya, tanda peluit itu menunjukkan adanya korban yang ditemukan, atau menjadi petunjuk kuat di mana korban tertimbun terlihat ke permukaan. "Tolong hentikan, jangan bunyikan peluitnya, bisa confuse (bingung) nanti," kata Agolo memberi petunjuk begitu dilaporkan bahwa tidak ada korban yang ditemukan. Safety Officer Basarnas berbadan tegap itu juga mewanti-wanti kepada tim agar berhati-hati. Operasi pencarian tujuh korban di kawah bekas runtuhnya Desa Serempah masih rawan. Beberapa kali terdengan call sign in (panggilan) kepada petugas penyelamat yang berada di dasar kawah agar berhati-hati terhadap pergerakan dinding kawah yang rawan longsor. Sementara itu, di dasar kawah juga tampak dua alat berat beko mengeruk timbunan tanah di pinggiran sungai untuk mencari korban. Juga tampak dari radius satu kilometer, sebuah pos monyet berbendera Merah Putih berada di dasar kawah. Operasi pencarian korban melibatkan tim terpadu. Selain Basarnas pencarian korban juga dibantu aparat TNI/Polri. Satu unit amabulans juga stand by di lokasi. Hingga Senin (8/7) kemarin, upaya pencarian korban hilang terus dilakukan tim SAR di Dese Serempah yang ambruk ke dasar bukit. Menurut warga terdapat 11 korban tertimbun runtuhan tanah saat Serempah amblas ke dasar bukit. Lima di antaranya ditemukan tewas terdiri atas seorang lelaki dewasa, seorang wanita dan tiga anak. Korban terakhir seorang anak ditemukan tim Basarnas Minggu (7/3) siang kemarin. Sementara 7 lainnya diperkirakan masih terkubur di bawah timbunan longsor di lokasi kawah itu. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Minggu (7/3) merilis sebanyak 31 orang meninggal di kawasan Aceh Tengah, sementara 9 orang tewas di Kabupaten Bener Meriah. Sebanyak 63 orang luka berat masih dirawat di rumah sakit dan 2.362 orang menjalani rawat jalan. Sementara jumlah pengungsi mencapai 22.125 orang, dan sebanyak 15.919 rumah rusak. Tim Badan SAR Nasional masih terus menyisir lokasi untuk mencari enam korban lain yang tertimbun. Upaya pencarian korban juga melibatkan squad pasukan khusus Basarnas Special Group (BSG) dari Jakarta, yang memiliki kemampuan dua kali lipat dibandingkan tim biasa. "Upaya pencarian korban akan terus kita lakukan," kata Agolo yang dihubungi Serambi, tadi malam. Para keluarga korban di Desa Serempah, kini hanya menunggu sebuah keajaiban dari peristiwa yang memilukan itu. "Saya tetap menunggu. Semoga kami bisa bertemu lagi, walau itu hanya sebatas jasadnya," kata Marzuki (35), yang kehilangan adiknya, Nekmat (30). Seiring Nekmat dan 10 korban lainya tertimbun dan perkirakan tewas, Serempah kini juga ikut berduka. Gempa 6,2 SR yang mengguncang Aceh Tengah dan Bener Meriah, Selasa (2/7) lalu telah melenyapkannya dari peta bumi. (ansari hasyim)
تعليقات
إرسال تعليق