Kisah Mereka yang Memenuhi Panggilan Allah

Ada Doa yang Dirahasiakan, Soal Jodoh itu Manusiawi


ANSARI- BANDA ACEH


Langit di atas Bandara Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang Aceh Besar tampak mendung, sore kemarin. Sebuah pesawat berbadan lebar Boeing GA-330 terlihat parkir di landasan pacu.

Di sudut lain, beberapa petugas bandara terlihat sibuk memuat tas para penumpang ke dalam perut pesawat milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia Air-ways itu.

Seperti sehari sebelumnya, pesawat yang dipiloti Kapt. Lukas Prijatno itu akan mengangkut 325 Calon Jamaah Haji (Calhaj) Kelompok Terbang (Kloter) dua menuju Jedah, Arab Saudi.

"Semoga kami bisa bertemu kembali di sini," kata Muhammad Daud sesaat pesawat Boeing GA-330 itu bersiap-siap take off dari landasan pacu Bandara Iskandar Muda.

Sekali lagi, lelaki berusia 54 tahun itu melambaikan tangan ke arah istrinya, Raziah AR (52), Calhaj asal Indrapuri, sebelum badan pesawat benar-benar melayang ke udara.

Seperti ratusan pengujung lainnya, Daud juga tampak terharu dan merelakan dengan ikhlas keberangkatan istrinya.

"Sebenarnya saya juga berniat menunaikan ibadah haji tahun ini. Tapi tidak jadi karena sudah dua kali pergi. Pertama pada 1997 dan kedua pada 2003," kata lelaki itu.

Secara keseluruhan, kemarin Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Aceh memberangkatkan 320 Calhaj asal Kabupaten Pidie dan Aceh Besar.

Rincianya, 45 orang dari Pidei dan 275 orang dari Aceh Besar plus lima petugas kloter.

Rombongan Kloter 2 Embarkasi Banda Aceh ini dilepas Bupati Aceh Besar, diwakili Asisten II H Zulkifli Hasan di Asrama Haji, Banda Aceh.

Musim haji kali ini Aceh memberangkatkan 4.254 orang calon haji, sesuai dengan kuota yang diberikan pemerintah pusat yang terbagai dalam 13 kelompok terbang.

Hampir semua calon haji yang diberangkatkan tahun ini merupakan Calhaj yang baru pertama kali menjejakkan kakinya ke tanah suci.

"Bagi saya ini yang pertama. Niat ini sudah dua tahun lalu saya pendam dan akhirnya baru tahun ini bisa terwujud," kata Imran (54), calon haji asal Lubok Sukun, Kecamatan Ingin Jaya Aceh Besar.

Lelaki ini menyatakan haru setelah pemerintah menetapkan namanya sebagai salah satu Calhaj yang masuk dalam kuota yang berangkat ke tanah suci tahun ini.

Imran tidak sendiri, tapi dia juga mengikutsertakan, istrinya, Nurlaila (37).

"Sewaktu kami tahu tahun ini kami bisa berangkat ke tanah suci rasanya senang sekaligus juga haru. Karena niat ini sudah terkabul," tuturnya.

Bersama ratusan Calhaj lainnya, Imran terlihat lebih bersemangat. Lelaki ini mengatakan, akan berusaha menjalani segala kewajibannya dengan sempurna.

"Yang pertama kali saya sangat berkeinginan melaksanakan shalat hajat di Masjidil Haram," tandasnya.

Tidak semuanya, calon haji yang berangkat berasal dari keluarga mapan atau mengikutsertakan beberapa anggota keluarga.

Abdurrani Daud (50), misalnya. Lelaki ini asal Gampong Baro, Kemukiman Lamnga, Kecamatan Masjid Raya ini berangkat seorang diri.

Ia juga merupakan salah satu korban tsunami yang kehilangan lima orang anak beserta istri. Namun tekad dan niat yang tulus telah mendorong lelaki ini menjejakkan kakinya di tanah suci.

"Sejak dulu saya memang sudah berniat. Sekarang saya senang ternyata Allah memberi saya kesempatan untuk berangkat tahun ini," ungkap lelaki yang menjabat sebagai kepala desa di kampungnya.

Rani mengaku sangat bekesan dengan tempat-tempat di Masjidil Haram atau Makkah al Mukarramah. Ia berharap dapat menjejakan kakinya. Seperti hal di Bukit Safa dan Marwah dan beberapa tempat bersejarah lainya.

Dari beberapa kegiatan ibadah yang telah direncanakan, ada hal yang menarik untuk dicermati.

Hampir sebagian besar mereka menyatakan, berusaha berdoa untuk kedamaian Aceh. Ini pula yang terpatri dibenak lelaki ini. Rani akan memanfaatkan tempat-tempat mustajabah (makbul doa) di Makkah al Mukarramah maupun Masjidil Haram untuk berdoa agar Aceh selalu dalam kedamaian.

"Kita bermohon Aceh selalu dalam damai. Jangan ada lagi konflik agar semua rakyat bisa hidup makmur," kata Nurbadriah (50), Calhaj asal Ulee Tui, Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar.

Bagi Nurbadriah, keberangkatannya ke tanah suci kali ini adalah yang pertama.

Ia pun merasa bergembira niat yang sudah tertanam sejak beberapa tahun lalu ternyata dapat terwujud pada tahun ini.

Wanita ini tidak sendiri. Ada beberapa anggota keluarga lain yang juga ikut berangkat kemarin. Termasuk, Nurdiana (25), keponaanya.

Gadis ini termasuk Calhaj yang berusia muda di antara para jamaah. Bagi Nur, keberangkatannya ke tanah suci bukan hanya sekedar memenuhi panggilan Allah. Akan tetapi, ada makna lain yang terselib dibalik ia menunaikan rukun Islam ke lima itu.

"Ini yang pertama kali saya ke tanah suci. Saya berharap kesempatan ini bisa saya gunakan sebaik-baiknya. Yah, harapanya bisa menjadi haji yang mabrur," tutur lulusan FKIP Universitas Serambi Mekah itu.

Sama halnya dengan calon jamaah haji lainya, Nur yang mengaku masih single juga berniat akan memanjatkan doa di manapun tempat yang mustajabah doa. Hanya saja, gadis ini enggan untuk membeberkannya.

"Doa itu kan rahasia. Jadi nggak perlu ada orang yang tau," tukasnya.

Apakah juga nanti akan berdoa agar cepat dapat jodoh?

"Itu sesuatu yang manusiawi. Tapi yang jelas doanya tidak hanya untuk diri sendiri. Bisa untuk siapa saja. Yang penting ada niat," ujarnya tersipu.

Bagi gadis ini, rencana menunaikan haji sudah terpatri sejak dua tahun lalu.

"Semuanya ada enam orang. Kami berangkat bersama tahun ini," sebutnya.

Selain Nur, ada Afryan Yulandi bin Yusmal Diansyah yang kemarin juga tercatat sebagai jamaah haji termuda, berusia 18 tahun. Mahasiswa Institut Pertanian Bogor ini berangkat bersama ibunya, Cut Laila (43).

Hampir tidak jauh beda, Yulandi juga merahasiakan doa yang bakal dia pinta sesampai di tanah suci nanti. Alasannya sederhana.

"Itu rahasia. Doa itu hanya kita yang tahu. Kalau dibilang-bilang justru nanti nggak kesampaian," kata mahasiswa IPB jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Prikananan (PSP) itu.

Yulandi menuturkan, niat untuk ke tanah suci sebelumnya sudah direncanakan pada 2006 lalu. Tapi saat itu kuota calon haji untuk Aceh sudah penuh.

"Sebelum itu, sempat juga gagal karena belum 17 tahun. Jadi kami harus menunggu dua tahun untuk bisa berangkat," ungkapnya.

Selain jamaah termuda, Kloter dua kemarin juga memberangkatkan jamaah tertua bernama Safiah binti Ibrahim berusia 85 tahun asal Lempeunerut, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar.

Asisten II Bupati Aceh Besar, H Zulkifli Hasan mengatakan, para jamaah diharapkan dapat menjaga kesehatan selama berada di tanah suci karena kesehatan merupakan modal segalanya bagi kesempurnaan ibadah.

"Pesan saya jangan rasa takabur dan harus saling membantu. Untuk selanjutnya mari kita menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah selama berada di tanah suci," imbuhnya. (**)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selingkuh, Pejabat dan Istri Simpanan

Gie, Dona Dona dan Aku