Reportase (1)
USNS Mercy ternyata bukan kapal yang dirancang khusus untuk rumah sakit terapung. Kapal milik Angkatan Laut Amerika ini berasal dari sebuah kapal tanker. Bagaimana ceritanya;
Melihat Lebih Dekat Misi USNS Mercy di Perairan Ulee Lheu (1)
Super Tanker Yang Dimodis Menjadi Rumah Sakit Apung
USNS Mercy ternyata bukan kapal yang dirancang khusus untuk rumah sakit terapung. Kapal milik Angkatan Laut Amerika ini berasal dari sebuah kapal tanker. Bagaimana ceritanya;
SEBUAH helikopter mendarat di lapangan rumput Rumah Sakit Kesdam, Banda Aceh. Dari perut heli jenis Sea Hawk itu terlihat beberapa personil tentara asing. Pasukan marinir Amerika itu menurunkan tiga warga sipil. Satu diantaranya terpaksa ditandu dengan bantuan beberapa tentara Indonesia.
Warga sipil itu merupakan pasien yang baru saja mendapat perawatan di kapal Rumah Sakit terapung milik Angkatan Laut AS, USNS Mercy. Mercy membuang sauh di perairan Ulee Lheu, Banda Aceh, sejak Minggu 23 Juli lalu. Ini merupakan yang ketiga kalinya kapal itu ke Indonesia, sejak Aceh dilanda tsunami.
Misi kali ini, Kapal Rumah Sakit itu berada di Aceh selama delapan hari, dalam penugasan kemanusian selama lima bulan untuk kawasan Fasifik Barat dan Asia Tenggara.
Sea Hawk dalam sepekan terakhir kerap mengitari langit Banda Aceh, membawa sejumlah pasien dari Rumah Sakit Kesdam menuju USNS Mercy. Awak heli juga mengantarkan para pasien kembali setelah mendapatkan perawatan di kapal itu. Sebagian pasien lainya diangkut melalui kapal motor melalui jalur laut.
Pelayanan medis juga dilakukan para dokter asing itu di daratan Banda Aceh, seperti di Klinik Kesehatan Peukan Bada, barak pengungsian Bakoy dan Poliklinik Rumah Sakit Zainoel Abidin. Entah alasan apa yang membuat warga sangat antusias dengan kehadiran tim dokter dari Mercy.
Setiap kali ada kegiatan pengobatan gratis, selalu didatangi ratusan pasien dengan berbagai keluhan.
Siti Hamidah, seorang nenek berusia 60 tahun, merasakan ada kepuasan dapat bertemu dengan para medis asing itu Wanita itu mendatangi Poliklinik USNS Mersy di RSUZA, mengadukan keluhan penglihatanya yang kabur.
“Kami ingin dokter memeriksa mata ibu. Dalam dua tahun terakhir ini peglihatanya sangat kabur. Mudah-mudahan ada hasilnya nanti,” kata Desiani (30), yang menemani ibunya antri bersama ratusan warga yang hendak mendapatkan pengobatan gratis dari tim medis USNS Mercy di ruang Poliklinik RSZUA.
Kiprah USNS Mercy memang tak asing lagi di Aceh. Orang Aceh punya kenangan yang tidak pernah terlupakan dengan kapal ini. Setidaknya, nama Mercy akan terukir dalam memori ribuan korban tsunami di provinsi itu yang pernah mendapatkan perawatan dari tim medis di kapal itu.
Tanker yang dimodis
Melihat USNS Mercy lego jangkar di tengah laut, tidak ubahnya bagai memadang sebuah gedung bertingkat di daratan. Selain memiliki luas 894 kaki atau sebanding dengan tiga kali luas lapangan bola kaki, kapal ini juga memiliki sembilan lantai.
Semua dinding bagian luar kapal berwarna putih plus beberapa tanda palang merah dengan ukuran yang amat mencolok. Karenanya, Mercy dapat kelihatan hingga dari radius beberapa kilometer dari darat.
Kapal rumah sakit apung milik Angkatan Laut Amerika (United State Navy Ship) inipun memilki daya jelajah tinggi. Siapa saja yang pernah menjejakkan kakinya ke USNS Mercy pasti akan dibuat terkagum-kagum. Bukan saja karena kemampuannya yang super canggih, tetapi juga bentuk fisiknya yang khas.
“Kapal ini selalu siap untuk memberikan bantuan kemanusian bagi kawasan manapun di dunia yang membutuhkan,” kata Captain Bradley Martin yang mengepalai operasi kemanusian di kapal itu kepada wartawan. Misi kali ini Mersy membawa 66 marinir sipil dan 700 personil angkatan laut.
Ada banyak kelebihan lain yang dimiliki Mercy sebagai sebuah kapal rumah sakit terapung. Dalam status operasi penuh, kapal ini mampu membawa 61 personil marinir sipil Angkatan Laut dan 1.214 personil militer. Kapal dengan bobot 69.360 ton itu mampu menampung 1000 orang pasein.
Rumah sakit apung itu dilengkapi dengan berbagai fasilitas, antaranya ruang pendataan pasien (casualty reception), radiologi, CAT scan, ruang operasi, ruang penyembuhan, ruang rawat intensif dan ruang bedah.
Selain itu, kapal ini juga memiliki empat unit ruang sinar laser (X-Ray), ruang cardio-thoracic antigiography, ruang kesehatan gigi, laboratorium pemeriksaan mata, ruang terapi fisik, pusat perawatan untuk korban terbakar, ruang obat-obatan serta menyimpan 5.000 kantong darah dan mampu menghasilkan oksigen dan nitrogen.
Mercy mempunyai riwayat panjang. Sebelumnya kapal dengan kecepatan jelajah 17.5 knot per jam itu merupakan sebuah kapal super tanker. Menurut beberapa literatur, Mercy dibangun sebagai tanker minyak, SS Worth milik sebuah perusahaan swasta pada tahun 1976.
Kapal ini berganti nama menjadi Mercy dan diubah menjadi kapal rumah sakit pada tahun 1985.
Selain USNS Mercy, Amerika juga memiliki satu kapal rumah sakit serupa, USNS Comfort yang juga berpangkalan di San Diego , California . Comfort merupakan setingkat di bawahnya.
Dalam lingkup Departemen Pertahanan negara adidaya itu, Mercy termasuk dalam 110 unit kapal non kombatan Amerika yang diawaki marinir sipil dan militer di bawah komando The US Navy’s Military Sealift Command. Bila dibutuhkan, kapal ini dapat bergerak cepat dalam lima hari .
“Dalam sejarahnya, Mercy pernah terlibat dalam misi kemanusian pada perang teluk di Timur Tengah pada 1991,” kata Kepala Operasi Misi Kemanusian USNS Mercy itu.
Pasca bencana tsunami Desember 2004, Mercy dikerahkan untuk membantu para korban tsunami di Asia Tenggara selama lima bulan. Misi ini kemudian diperluas untuk membantu para korban gempa bumi dan korban bencana letusan gunung merapi di kawasan itu.
Dalam tugas kemanusian itu, kapal tersebut juga membantu sejumlah kawasan Indonesia , Timor-Timor dan Papua Nugini. Sejak misi ituberjalan, Mercy telah merawat lebih dari 107.000 pasien, melakukan 466 kali pembedahan, mendistribusikan 11.555 pasang kaca mata dan melakukan lebih dari 6.900 kali kegiatan perawatan kesehatan gigi.
Duta Besar Amerika untuk Indonesia B Lym Poscoe saat mengunjungi kapal itu mengatakan, kemanusian adalah sesuatu yang universal. Karenanya, siapa saja berhak untuk mendapatkanya tanpa memandang suku bangsa maupun batas suatu negara.
“Meksipun menelan biaya yang besar, namun ini adalah suatu kebanggaan bagi kami dapat kembali ke negara Anda. Terima kasih kami kepada pemerintah Indonesia ,” ujar Kepala Staf Angkatan Laut AS, Mike Muller.
Dari beberapa kali pengalaman yang pernah dilakukan, setidaknya pemerintah AS menghabiskan anggaran 22-23 juta dollar untuk biaya operasional misi kemanusian Mercy yang dimulai dari pangkalan pusat di San Diego , California .
Tapi, tingginya biaya yang dikeluarkan Pemerintah AS tidaklah sia-sia belaka. Toh, Mercy telah mengukir tinta emasnya di Indonesia dengan sentuhan cekatan tangan para dokter, perawat dan para militer profesional dalam setiap kegiatan misi kemanusian yang mereka lakukan.
Khususnya kawasan Aceh, Kapal Rumah Sakit itu telah terlanjur memikat hati para pengagumnya, terutama bagi mereka para korban yang pernah merasakan sentuhan kasih dan kelembutan tangan para medis dari negeri Paman Sam itu.
Maka tidak salah jika sebuah sepanduk yang terpampang di salah satu dinding kapal itu menjadi simbol ungkapan ekspresi mereka, betapa kehadiran Mercy sangat bermakna bagi para korban tsunami di Aceh. ”I love Nurses USA”, “Thank You for Helping People of Aceh,” “Atjeh N Us Big Family. Don’t Forget Me, People of Atjeh”. Selamat Jalan Mercy, jasamu akan kami ukir sepanjang masa. (*)
Melihat Lebih Dekat Misi USNS Mercy di Perairan Ulee Lheu (1)
Super Tanker Yang Dimodis Menjadi Rumah Sakit Apung
USNS Mercy ternyata bukan kapal yang dirancang khusus untuk rumah sakit terapung. Kapal milik Angkatan Laut Amerika ini berasal dari sebuah kapal tanker. Bagaimana ceritanya;
SEBUAH helikopter mendarat di lapangan rumput Rumah Sakit Kesdam, Banda Aceh. Dari perut heli jenis Sea Hawk itu terlihat beberapa personil tentara asing. Pasukan marinir Amerika itu menurunkan tiga warga sipil. Satu diantaranya terpaksa ditandu dengan bantuan beberapa tentara Indonesia.
Warga sipil itu merupakan pasien yang baru saja mendapat perawatan di kapal Rumah Sakit terapung milik Angkatan Laut AS, USNS Mercy. Mercy membuang sauh di perairan Ulee Lheu, Banda Aceh, sejak Minggu 23 Juli lalu. Ini merupakan yang ketiga kalinya kapal itu ke Indonesia, sejak Aceh dilanda tsunami.
Misi kali ini, Kapal Rumah Sakit itu berada di Aceh selama delapan hari, dalam penugasan kemanusian selama lima bulan untuk kawasan Fasifik Barat dan Asia Tenggara.
Sea Hawk dalam sepekan terakhir kerap mengitari langit Banda Aceh, membawa sejumlah pasien dari Rumah Sakit Kesdam menuju USNS Mercy. Awak heli juga mengantarkan para pasien kembali setelah mendapatkan perawatan di kapal itu. Sebagian pasien lainya diangkut melalui kapal motor melalui jalur laut.
Pelayanan medis juga dilakukan para dokter asing itu di daratan Banda Aceh, seperti di Klinik Kesehatan Peukan Bada, barak pengungsian Bakoy dan Poliklinik Rumah Sakit Zainoel Abidin. Entah alasan apa yang membuat warga sangat antusias dengan kehadiran tim dokter dari Mercy.
Setiap kali ada kegiatan pengobatan gratis, selalu didatangi ratusan pasien dengan berbagai keluhan.
Siti Hamidah, seorang nenek berusia 60 tahun, merasakan ada kepuasan dapat bertemu dengan para medis asing itu Wanita itu mendatangi Poliklinik USNS Mersy di RSUZA, mengadukan keluhan penglihatanya yang kabur.
“Kami ingin dokter memeriksa mata ibu. Dalam dua tahun terakhir ini peglihatanya sangat kabur. Mudah-mudahan ada hasilnya nanti,” kata Desiani (30), yang menemani ibunya antri bersama ratusan warga yang hendak mendapatkan pengobatan gratis dari tim medis USNS Mercy di ruang Poliklinik RSZUA.
Kiprah USNS Mercy memang tak asing lagi di Aceh. Orang Aceh punya kenangan yang tidak pernah terlupakan dengan kapal ini. Setidaknya, nama Mercy akan terukir dalam memori ribuan korban tsunami di provinsi itu yang pernah mendapatkan perawatan dari tim medis di kapal itu.
Tanker yang dimodis
Melihat USNS Mercy lego jangkar di tengah laut, tidak ubahnya bagai memadang sebuah gedung bertingkat di daratan. Selain memiliki luas 894 kaki atau sebanding dengan tiga kali luas lapangan bola kaki, kapal ini juga memiliki sembilan lantai.
Semua dinding bagian luar kapal berwarna putih plus beberapa tanda palang merah dengan ukuran yang amat mencolok. Karenanya, Mercy dapat kelihatan hingga dari radius beberapa kilometer dari darat.
Kapal rumah sakit apung milik Angkatan Laut Amerika (United State Navy Ship) inipun memilki daya jelajah tinggi. Siapa saja yang pernah menjejakkan kakinya ke USNS Mercy pasti akan dibuat terkagum-kagum. Bukan saja karena kemampuannya yang super canggih, tetapi juga bentuk fisiknya yang khas.
“Kapal ini selalu siap untuk memberikan bantuan kemanusian bagi kawasan manapun di dunia yang membutuhkan,” kata Captain Bradley Martin yang mengepalai operasi kemanusian di kapal itu kepada wartawan. Misi kali ini Mersy membawa 66 marinir sipil dan 700 personil angkatan laut.
Ada banyak kelebihan lain yang dimiliki Mercy sebagai sebuah kapal rumah sakit terapung. Dalam status operasi penuh, kapal ini mampu membawa 61 personil marinir sipil Angkatan Laut dan 1.214 personil militer. Kapal dengan bobot 69.360 ton itu mampu menampung 1000 orang pasein.
Rumah sakit apung itu dilengkapi dengan berbagai fasilitas, antaranya ruang pendataan pasien (casualty reception), radiologi, CAT scan, ruang operasi, ruang penyembuhan, ruang rawat intensif dan ruang bedah.
Selain itu, kapal ini juga memiliki empat unit ruang sinar laser (X-Ray), ruang cardio-thoracic antigiography, ruang kesehatan gigi, laboratorium pemeriksaan mata, ruang terapi fisik, pusat perawatan untuk korban terbakar, ruang obat-obatan serta menyimpan 5.000 kantong darah dan mampu menghasilkan oksigen dan nitrogen.
Mercy mempunyai riwayat panjang. Sebelumnya kapal dengan kecepatan jelajah 17.5 knot per jam itu merupakan sebuah kapal super tanker. Menurut beberapa literatur, Mercy dibangun sebagai tanker minyak, SS Worth milik sebuah perusahaan swasta pada tahun 1976.
Kapal ini berganti nama menjadi Mercy dan diubah menjadi kapal rumah sakit pada tahun 1985.
Selain USNS Mercy, Amerika juga memiliki satu kapal rumah sakit serupa, USNS Comfort yang juga berpangkalan di San Diego , California . Comfort merupakan setingkat di bawahnya.
Dalam lingkup Departemen Pertahanan negara adidaya itu, Mercy termasuk dalam 110 unit kapal non kombatan Amerika yang diawaki marinir sipil dan militer di bawah komando The US Navy’s Military Sealift Command. Bila dibutuhkan, kapal ini dapat bergerak cepat dalam lima hari .
“Dalam sejarahnya, Mercy pernah terlibat dalam misi kemanusian pada perang teluk di Timur Tengah pada 1991,” kata Kepala Operasi Misi Kemanusian USNS Mercy itu.
Pasca bencana tsunami Desember 2004, Mercy dikerahkan untuk membantu para korban tsunami di Asia Tenggara selama lima bulan. Misi ini kemudian diperluas untuk membantu para korban gempa bumi dan korban bencana letusan gunung merapi di kawasan itu.
Dalam tugas kemanusian itu, kapal tersebut juga membantu sejumlah kawasan Indonesia , Timor-Timor dan Papua Nugini. Sejak misi ituberjalan, Mercy telah merawat lebih dari 107.000 pasien, melakukan 466 kali pembedahan, mendistribusikan 11.555 pasang kaca mata dan melakukan lebih dari 6.900 kali kegiatan perawatan kesehatan gigi.
Duta Besar Amerika untuk Indonesia B Lym Poscoe saat mengunjungi kapal itu mengatakan, kemanusian adalah sesuatu yang universal. Karenanya, siapa saja berhak untuk mendapatkanya tanpa memandang suku bangsa maupun batas suatu negara.
“Meksipun menelan biaya yang besar, namun ini adalah suatu kebanggaan bagi kami dapat kembali ke negara Anda. Terima kasih kami kepada pemerintah Indonesia ,” ujar Kepala Staf Angkatan Laut AS, Mike Muller.
Dari beberapa kali pengalaman yang pernah dilakukan, setidaknya pemerintah AS menghabiskan anggaran 22-23 juta dollar untuk biaya operasional misi kemanusian Mercy yang dimulai dari pangkalan pusat di San Diego , California .
Tapi, tingginya biaya yang dikeluarkan Pemerintah AS tidaklah sia-sia belaka. Toh, Mercy telah mengukir tinta emasnya di Indonesia dengan sentuhan cekatan tangan para dokter, perawat dan para militer profesional dalam setiap kegiatan misi kemanusian yang mereka lakukan.
Khususnya kawasan Aceh, Kapal Rumah Sakit itu telah terlanjur memikat hati para pengagumnya, terutama bagi mereka para korban yang pernah merasakan sentuhan kasih dan kelembutan tangan para medis dari negeri Paman Sam itu.
Maka tidak salah jika sebuah sepanduk yang terpampang di salah satu dinding kapal itu menjadi simbol ungkapan ekspresi mereka, betapa kehadiran Mercy sangat bermakna bagi para korban tsunami di Aceh. ”I love Nurses USA”, “Thank You for Helping People of Aceh,” “Atjeh N Us Big Family. Don’t Forget Me, People of Atjeh”. Selamat Jalan Mercy, jasamu akan kami ukir sepanjang masa. (*)
Komentar
Posting Komentar