Jejak Sang Petarung
BAGI rakyat Aceh, sosok pasangan capres/cawapres yang bertarung pada Pilpres 2014 punya kesan tersendiri. Seperti halnya Jusuf Kalla, adalah seorang arsitek perdamaian Aceh antara GAM dan Pemerintah RI. JK merupakan figur yang akrab dengan para mantan petinggi GAM sekelas Malik Mahmud, Zakaria Saman, bahkan Gubernur Aceh, dr Zaini Abdullah. Lewat tangan dingin JK dan beberapa perintis lainnya, perdamaian Aceh lahir pada 15 Agustus 2005 di Helsinki, Finlandia.
Sosok JK kini semakin akrab setelah ia menjadi calon wakil presiden mendampingi Jokowi. Pasangan ini pula memilih Aceh sebagai daerah pertama yang dikunjungi JK pada awal musim kampanye 5 Juni lalu di Sigli, Pidie. Sedangkan Jokowi memilih berkampanye di Papua. Maka tak mengherankan jejak dan jasa JK merintis lahirnya perdamaian Aceh banyak diingat rakyat di Serambi Mekah. Atas alasan ini pula dr Zaini Abdullh, Zakaria Saman secara personal memberi dukungan kepada pasangan Jokowi-JK. “Pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla adalah sosok pembaruan untuk Indonesia. Pada pasangan ini, rakyat menemukan kesederhanaan,” kata Ketua Seknas Jokowi-JK, TM Zulfikar kepada Serambi, Rabu (4/6). Tidak hanya JK, calon presiden Jokowi juga punya jejak yang patut dicatat di Aceh. Lelaki jangkung dengan gaya kepemimpinannya yang merakyat ini pernah bekerja di Aceh.
Menurut berbagai sumber yang ditelusuri Serambi, Jokowi pernah bekerja di PT Kertas Kraft Aceh (KKA) begitu ia tamat kuliah, tahun 1985. Ia bahkan sempat membawa serta istrinya, Iriana, menetap sementara waktu di Aceh. Namun, saat Iriana hamil, Jokowi memutuskan pulang kembali ke Solo. Dua tahun Jokowi di Aceh, ia kembali ke Solo dan bergabung dengan perusahaan meubel milik keluarganya.
Bagaimana dengan Prabowo? Nama Prabowo mulai santer mencuat saat Pilkada 2012, Pileg 2014 dan puncaknya pada Pilpres. Dalam beberapa kali lawatannya ke Aceh Prabowo membawa angin segar bagi Aceh. Melalui Presiden PT Arsari Pratama Group, Hasyim Djojohadikusumo (adik Prabowo), Prabowo berencana membangun pabrik padi modern di Kampung Mane Kawan, Senuddon, Aceh Utara, Aceh dan mendirikan pabrik ban mobil di Meulaboh.
Sejak saat itu Prabowo sebagai Ketua Partai Gerindra kembali menorehkan jejaknya di Aceh dengan menyatakan koalisi dengan Partai Aceh. Jejak Prabowo secara politik tidak begitu kentara terekam di Aceh, kecuali isu militer yang mengaitkannya sebagai Danjen Kopasus kala itu. Namun secara ekonomi Prabowo punya beberapa keterkaitan lain dengan Aceh. Misalkan keberadaan PT Tusam Hutani Lestari (THL), yang disebut-sebut milik keluarga Prabowo. PT THL akan beroperasi di sejumlah kabupaten di Provinsi Aceh hingga tahun 2043.
General Manager PT THL, Ivan Astavan Manurung kepada Serambi, Rabu (4/6) mengatakan, berdasarkan surat 556/kpps-II/1997, tanggal 1 September 1997, PT THL mengelola empat kabupaten dengan luas area mencapai 97.300 hektare. “Areal tersebut, berada di Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Bireuen dan Kabupaten Aceh Utara,” kata Ivan Astavan. PT THL, katanya, bergerak di bidang reboisasi dan pemanfaatan hasil hutan dan telah mengantongi izin usaha pemanfaatan hasil kayu HTI. “Sekitar 60 persen sahamnya milik Alas Helau dan 40 persennya milik Inhutani IV,” ujarnya. Ketua DPD Gerindra TA Khalid yang dikonfirmasi Serambi menampik PT HTL milik keluarga Prabowo. “Bukan punya (keluarga) Pak Prabowo, tapi itu milik BUMN,” katanya.
Sedangkan Pengamat Politik Aceh Institute, Khairul Fahmi menyakini PT THL milik keluarga Prabowo. Selain itu, kata dia, Prabowo juga memiliki perusahaan Nations Petrolium milik Hashim Jojohadikusomo (adik Prabowo), yang bergerak di bidang migas di pantai timur Aceh. “Namun rencana ini tertunda karena terkendala RPP Migas belum diteken Presiden SBY, meskipun perusahaan ini sudah melakukan berbagai survei di lapangan,” ujar peneliti senior Aceh Institute ini.
Ketua Generasi Muda Aceh (Gema) Prabowo-Hatta, Muzakir Reza Pahlevi mengatakan, sosok Prabowo-Hatta, dinilai pantas memimpin Indonesia. Khusus bagi Aceh, Parbowo dinilai punya komitmen menyelesaikan butir-butir MoU Helsinki yang tak mampu ditangani pemerintahan SBY. “Kami kaum muda, mahasiswa melihat ada komitmen kuat pada Prabowo menyelesaikan berbagai persoalan di Aceh yang tak mampu diselesaikan pemerintah sebelumnya,” ujarnya.
Di antara ketiga capres/cawapres hanya Hatta Rajasa yang paling minim jejak di Aceh. Saat menjadi Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Radjasa pernah melakukan lawatannya ke Lhokseumawe pada 6 Agustus 2013. Dalam kunjungan kerja itu Hatta menaruh optimisme terhadap pembangunan dan pengembangan pelabuhan umum Lhokseumawe di Krueng Geukueh, Aceh Utara. Jauh sebelum itu, Hatta pernah juga menjejakkan kakinya di Aceh dalam sejumlah kunjungan singkat. Pada 13 Mei 2014, Hatta Rajasa memutuskan mundur dari kabinet karena mendampingi Prabowo.(ansari)
Komentar
Posting Komentar