Postingan

Menampilkan postingan dari 2007

Kisah Korban Tsunami Setelah Tiga Tahun Rehab-Rekon

Meretas Hidup di Barak, Lelah Menunggu Janji 26 Desember 2007 besok, bencana gempa dan tsunami genap berusia tiga tahun. Tragedi memilukan itu merenggut lebih 200 ribu jiwa penduduk Aceh. Sebagian korban yang selamat kini masih tinggal di barak-barak pengungsian dan belum mendapatkan rumah bantuan. Seperti apa kehidupan mereka? ANSARI HASYIM, Banda Aceh. RUANGAN itu tampak pengap. Tidak ada sekat kamar dan dapur seperti layaknya sebuah rumah. Ada sebuah lemari tua dan beberapa potong pakaian ditempatkan disudut ruang. Sebuah televisi dan VCD Player, bahkan diletakkan dekat sebuah rak berisi peralatan dapur. Semua barang itu berada dalam satu kamar berukuran sekitar 3x4 meter. “Kalau hanya panas begini itu sudah biasa,” kata seorang perumpuan muda saat ditemui koran ini Kamis lalu. Dia tampak tengah menidurkan anaknya di kamar itu. Udara panas terasa menyeruap siang itu tidak membuat perempuan bernama Nurhayati ini merasa gerah dan risih. Di rumah shelter yang terletak di kawasan bant

FEATURE

Tiga Tahun Telantar, Anak Korban Tsunami Tempati Sekolah Rp 30 Miliar Yang Berprestasi Dapat Beasiswa ke Singapura * Ratusan anak korban tsunami yang kehilangan orang tua kini bisa belajar di sekolah yang dikelola secara modern di Cot Metaya, Aceh Besar. Apa keistimewaan sekolah yang dibangun Pemerintah Singapura dengan dana Rp 30 miliar itu? ANSARI - Banda Aceh GEORGE Yeo tersenyum ketika turun dari mobil. Wajah menteri luar negeri Singapura itu tampak berbinar gembira. "Hello everybody. How are You?" sapa lelaki berkacamata itu sambil melambaikan tangan kepada para undangan. Dua bocah dengan sigap membuka dua payung ungu untuk menyambut kedatangan pria berkacamata itu.Selain Yeo, ada sejumlah pejabat penting yang hadir pada peresmian Sekolah Islam Terpadu Berasrama (SITB) Fajar Hidayah Aceh kemarin. Mereka, antara lain, Mendiknas Bambang Soedibyo, Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, Wakil Ketua DPR Aceh Waisul Qarani Aly, dan Bupati Aceh Besar Buchari Daud.Bagi Yeo, itu adalah kes

REPORTASE LAPANGAN

Melihat Lebih Dekat Misi USNS Mercy di Perairan Ulee Lheu (3) Super Tanker Yang Dimodis Menjadi Rumah Sakit Apung USNS Mercy ternyata bukan kapal yang dirancang khusus untuk rumah sakit terapung. Kapal milik Angkatan Laut Amerika ini berasal dari sebuah kapal tanker. Bagaimana ceritanya; SEBUAH helikopter mendarat di lapangan rumput Rumah Sakit Kesdam, Banda Aceh. Dari perut heli jenis Sea Hawk itu terlihat beberapa personil tentara asing. Pasukan marinir Amerika itu menurunkan tiga warga sipil. Satu diantaranya terpaksa ditandu dengan bantuan beberapa tentara Indonesia . Warga sipil itu merupakan pasien yang baru saja mendapat perawatan di kapal Rumah Sakit terapung milik Angkatan Laut AS, USNS Mercy. Mercy membuang sauh di perairan Ulee Lheu, Banda Aceh, sejak Minggu 23 Juli lalu. Ini merupakan yang ketiga kalinya kapal itu ke Indonesia , sejak Aceh dilanda tsunami. Misi kali ini, Kapal Rumah Sakit itu berada di Aceh selama delapan hari, dalam penugasan kemanusian

REPORTASE LAPANGAN

Melihat Lebih Dekat Misi USNS Mercy di Perairan Ulee Lheu (2) Dalam 10 Menit Penyakit Pasien Dapat Terdeteksi Menjelajahi seisi ruang USNS Mercy tidaklah mudah. Jika ceroboh kita akan tersesat. Tour di dalam kapal rumah sakit ini ternyata sangat mengasyikan; PERWIRA Angkatan Laut Amerika itu menyalami satu per satu para wartawan sesaat akan memasuki lambung USNS Mercy yang lego jangkar di perairan Ulee Lheue, Banda Aceh sejak Minggu 23 Juli lalu. "Wellcome to USNS Mercy," kata Dony Bray, Leading Chief United State Navy Ship (USNS) Mercy dengan senyum sumringah. Seorang marinir lalu membagikan ID Card bertuliskan 'Visitor' kepada wartawan sebelum masuk ke lambung kapal yang memiliki sembilan lantai dengan luas 894 kaki itu."Kepada rekan-rekan diharapkan tidak memisahkan diri dari rombongan," ujar Mary Elizabeth Polly, Public Affair Officer pada Kedutaan AS di Surabaya. Permintaan itu sebelumnya telah disampaikan Marry saat sesi arahan kepad

REPORTASE LAPANGAN

Melihat Lebih Dekat Misi USNS Mercy di Perairan Ulee Lheue (1) Ebit Meleh Kini Sudah Bisa tersenyum Nama USNS Mercy dikenal luas di Aceh dan Nias. Rumah Sakit Terapung milik Angkatan Laut Amerika itu telah mengobati seratus ribu lebih pasien korban tsunami, termasuk di Aceh. Apa istimewanya kapal itu dan bagaimana para pasien bisa sampai kesana? LELAKI itu menggendong anaknya yang masih berusia tiga tahun. Matanya nanar menatap ke sejumlah wartawan yang datang siang itu. Tidak seperti hari-hari yang lalu, Budi Sigih (33), lelaki asal Kepulauan Nias, Sumatera Utara, harus menemani buah hatinya yang tergolek di atas bangsal. "Sekarang Ebit sudah sedikit baik kondisinya. Tinggal menunggu kesembuhan saja," kata Sigih dengan suara lirih kepada wartawan. Dari raut wajah lelaki bertubuh ceking itu menyimpan secercah harapan. Dia berharap anak semata wayangnya itu dapat kembali pulih setelah menjalani operasi seminggu yang lalu. Ebit Meleh (3) ad

Wawancara Kadis Syariat Islam Aceh, Prof Dr Alyasa' Abubakar

Seperti apa Anda melihat sejumlah kasus khalwat yang terjadi di Aceh selama ini? Yang namanya manusia secara agama memiliki empat usur. Ada unsur akal, nafsu, nurani dan fisik. Ini yang disebut manusia. Dalam Islam dia dipandang lebih tinggi dari hewan kalau dia menggunakan pikiran dan nuraninya dengan baik. Dan, manusia akan jatuh lebih rendah dari hewan kalau dia menggunakan nafsu. Pada hewan hubungan seksual diatur oleh insting. Hewan tidak punya nafsu. Tapi pada manusia, aktifitas seksual itu nafsu, bukan insting. Karena itu nafsu ini tidak pernah puas. Jadi sama dengan mengumpulkan harta. Mengumpulkan harta itu nafsu pada manusia. Karenanya dia tidak pernah puas kalau tidak dikendalikan. Sekarang kita sudah membuat qanun tentang khalwat. Kita berharap semua orang menghentikan kejahatan berkhalwat, itu sesuatu yang tidak realistis. Kenapa? Karena yang kita atur manusia. Jadi sama umpamanya kalau kita minta korupsi behenti karena sudah ada undang-undang anti korupsi, itu tidak akan

Ruang Tunggu

"Sudah tujuh kali bapak ke sini," kata wanita itu. Raut wajahnya tampak lesu. Lelah. Sesekali matanya menerawang. Memandangi langit-langit ruangan itu. Ruang yang pengab. Hanya ada satu kursi panjang. Cukup ditempati delapan orang. Ia duduk di barisan ketiga. Ia meremas jari tangan kanannya. Sebuah dompet warna pink, sedikit kumal, digenggamnya erat-erat. Sejak tiga puluh menit tadi, sudah tiga orang melewati jalan di depan ruang itu. Satu perempuan. Dua lelaki. Mereka disorong menggunakan kursi roda menuju sebuah ruangan khusus. Hemodialisis, nama ruangan itu. Sepintas tubuh mereka kelihatan lemah dengan selang infus melilit lengan. Jari, tangan dan kaki tampak bengkak. Kadang juga kelihatan parut luka di lengan dan kaki. Bisa dua, tiga, enam dan bahkan tak terhitung. Dari celah pintu itu seorang laki-laki turun. Ia dipapah seorang gadis. Tubuhnya kurus, tinggal kulit berbalut tulang, berusia 60 tahun. "Itu bapak saya dan itu adik," katanya seraya mengarahkan telun

Hong Tia

KATERin terdiam. Ia tak mampu melanjutkan kata-katanya. Segelas teh botol masih utuh di atas meja. Ia belum menyentuhnya sejak tadi. Padahal hari sangat panas siang itu. Di seberang sana jalan-jalan terlihat padat. Asap mengepul. Debu berterbangan hinggap di dinding ruko yang berjejal. Kawasan ini memang super sibuk. Orang-orang menyebutnya kawasan pacinan. Karena memang banyak dihuni oleh warga Tiong Hoa. Pacinan atau Peunayong juga terkenal sebagai pusat perbelanjaan. Berbagai aktifitas ekonomi menggeliat di sana. Ada ruko, bengkel, show room, pasar ikan dan entah apa lagi. Di antara banyak tempat, satu yang paling kuingat nama warung itu, Hong Tia. Siang itu banyak murid sekolah sedang menunggu jemputan orang tuanya. Mereka anak-anak warga keterunan yang baru saja usai belajar di sekolah Methodist. "Lihat anak-anak itu. Mereka sangat bersemangat!," ujarnya. Ucapan itu membuat aku tersentak. Padahal kulihat tadi matanya berbinar. Aku tahu, aku tak ingin membuatnya terlalu b

Tsunami di Atas Kanvas

Bercerita Tsunami Diatas Kanvas SAMpai kapankah Round Kelana akan berehenti melukis? Ini pertayaan yang amat sulit dijawabnya. Soalnya, dunia melukis bagi pria berusia 65 tahun ini tidak pernah akan padam dalam jiwanya. Bahkan usai musibah tsunami melanda sebagian wilayah Aceh 26 Desember lalu sempat-sempatnya ia menyelesaikan 12 lukisan. "Semua lukisan yang saya buat ini bercerita tentang peristiwa tsunmi," kata Round yang kerap tampil dengan topi baret hitam dipadu rompi bewarna krem. Panampilan yang sedikit tampak muda ini membuat Roun Kelana punya banyak kenalan dikalangan anak muda, terutama para pelukis muda di Aceh. Bagi Round pengalaman tsunami 26 Desember lalu punya kesan tersendiri yang tidak akan pernah dilupakannya. Sebab, pelukis yan kerap mengangkat realiats sosial rakyat kecil sebagai temam karyanya adalah satu korban dalam musibah itu. Ia sempat berjuang melawan derasnya arus gelombang yang menggulung tubuhnya hingga 2 km ke kawasan desa Lambaro Skep Kecamatan

Jederal Itu Ikut Tewas

Melihat Dari Dekat Kuburan 2.200 Serdadu Belanda di Aceh Dihargai Sebagai Aset Kerajaan Karena Empat Jenderal Ikut Tewas "O God, Ik ben getroffen" (Ya Tuhan, aku kena). Ucapan terakhir itu keluar dari mulut Jenderal Kohler ketika sebutir peluru menembus dadanya. Sang jenderal itu pun terkapar dan tewas di depan Masjid Raya Baiturrahman. Pemerintah Belanda menyadari kekeliruan Mayor Jenderal JHR Kohler yang menyerbu dan membakar masjid termegah kebanggaan rakyat Aceh. Serangan ke Masjid Raya itu adalah bumerang bagi Belanda. Peristiwa yang terjadi pada tahun 1876 itu meninggalkan bukti banyaknya korban Perang Aceh di pihak Belanda, di antaranya dapat disaksikan di Kerkhof, Peucut, Banda Aceh, sekitar satu kilometer di selatan Masjid Raya. Di sana terkubur 2.200 serdadu Belanda, termasuk Kohler, sang jenderal itu sendiri. Saat wartawan koran ini mengunjungi area makam seluas hampir lima hektar itu kemarin, sejumlah pekerja tampak tengah melakukan upaya renovasi di beberapa bagi

Namanya Irwandi

Reaksi GAM Terhadap Kemenangan Sementara Kandidat Irwandi-Nazar. Sosok Lagendaris, Tapi Tetap Tidak Terduga SEBUAH foto terpajang di dinding yang dicat putih itu. Seorang lelaki berusia sekitar 80 tahun terlihat tersenyum sumringah membelakangi sebuah bendera dengan warna dasar merah menyala dengan dua garis hitam. Lelaki berkacamata itu adalah Tgk Muhammad Hasan Di Tiro yang dikenal sebagai Wali Neugara Aceh Merdeka.. Tiro adalah tokoh yang mendeklarasikan gerakan Aceh Merdeka (AM) di Gunung Halimun, Tiro, Kabupaten Pidie, 30 tahun silam. Di ruangan berukuran sekira 4x5 meter itu juga terdapat dua foto lainnya mendampingi foto tokoh GAM yang kini bermukim di Swedia itu. Foto Malik Mahmud Al Haytar yang dikenal sebagai mantan Perdana Menteri GAM dan alm Tgk Abdullah Syafi'i. Syafi'i adalah mantan Panglima GAM yang tewas dalam suatu pertempuran dengan pasukan TNI dari Bataliyon 330 Kostrad di Desa Jiem Jiem, Bandar Baru, Pidie, Januari 2002 silam. Kemarin, foto-foto tokoh GAM it